Categories
Abu Ubaidah

Biografi Sahabat Nabi, Abu Ubaidah : Mujahid Terpercaya, Penakluk Wilayah Syam (Seri 12)

F. Mujahid Terpercaya, Penakluk Wilayah Syam

4. Benteng kedua pasukan dan persiapannya serta jalannya pertenpuran yang diakhiri dengan kekalahan Romawi

Heraklius memerintahkan para komandan pasukan dan tentaranya untuk mengambil basis pertahanan di tempat yang luas namun memiliki jalan lari yang sempit. Mereka mematuhinya dan berkumpul di Waqhusah (Desa yang terletak di daerah Julan. Di desa tersebut terdapat lembah yang juga dinamakan Waqhusah, di sebelah selatan desa Waqhusah adalah lembah Yarmuk.) di tepian sungai Yarmuk (Sungai Yarmuk panjangnya 57 Km. Sungai ini merupakan sungai terbesar yang bermuara ke sungai Yordania. Sungai ini berhulu dari dataran tinggi Huraa yang ada di Syiria dan bertemu dengan sungai Yordania di arah selatan danau Tiberia dengan jarak 6 Km. Yarmuk adalah nama tempat, lembah, dan sungai. Di antara lembah yang di Yarmuk adalah lembah Raqqad, lembah Allan (keduanya mengairi dataran Julan) lembah Al-Harir dan lembah Az-Zaidi di Huran.). lembah pun menjadi parit bagi mereka.

Kaum muslimin pun berpindah dari tempat berkumpul sebelumnya menuju tempat yang lebih dekat dari pasukan Romawi dan menempati satu-satunya jalan mereka. Amr bin Ash berkata, “Wahai jamaah, bergembiralah, demi Allah pasukan Romawi terkepung, setiap pasukan yang terkepung kecil sekali untuk menang.”

Abu Sofyan mengusulkan agar pasukan di bagi menjadi tiga kelompok. Sepertiganya bersiap-siap di depan tentara Romawi, kemudian sepertiga lainnya yang terdiri dari perbekalan dan para wanita agar berjalan, dan Khalid dengan sepertiga tentara lainnya di posisi belakang, maka jika musuh telah mencapai perkemahan wanita dan perbekalan mereka, Khalid akan segera berpindah ke depan kaum wanita dan mereka dapat menyelamatkan diri ke tempat yang lapang di belakang Khalid dan pasukannya, sambil menunggu kedatangan bala bantuan, maka mereka segera melaksanakan pendapat itu.

Pasukan kaum muslimin berbasis di seberang sungai dari sisi berlawanan. Adzri’at (Dar’a) berada di arah belakang mereka agar pasukan tambahan dari Madinah dapat sampai ke tempat mereka.

Berbagai keterangan tersebut memberi gambaran tentang tempat terjadinya pertempuran ini, yaitu di dataran yang memanjang antara Dar’a dan lembah Raqqad, salah satu anak sungai Yarmuk, yang terletak disebelah barat kota Dar’a berjarak 20 Km dari kota itu.

Adapun jumlah kedua pasukan, keseluruhan pasukan Romawi mencapai 240 ribu, sementara pasukan kaum muslimin setelah kedatangan Ikrimah bin Abu Jahal dengan pasukan yang bersamanya dan kedatangan Khalid dengan pasukannya, bertambah dari 36 menjadi 40 ribu. Diantara mereka terdapat seribu shahabat yang turut dalam perang Badar.

Adapun jalannya pertempouran, kaum muslimin mulai mempersiapkan diri mereka guna menghadapi Romawi pada bulan Shafar tahun 13 Hijriyah, dan juga pada dua bulan berikutnya (Rabiul Awwal dan Rabiul Akhir). Mereka menunggu pasukan bantuan dan kedatangan Khalid yang tiba pada bulan Rabiul Akhir. Perang sendiri pecah pada bulan Jumadits Tsaniyah, dimana Abu Bakar wafat pada pertengahan bulan ini, sepuluh malam sebelum kemenangan kaum muslimin.

Khalid tiba di Yarmuk dengan sepuluh ribu pasukan –sebagaimana yang dituturkan oleh sebagian riwayat- dan menggenapkan pasukan kaum muslimin menjadi empat puluh ribu. Sebelum kedatangan Khalid kaum muslimin berperang dengan saling menyokong satu sama lain. Setiap pemimpin batalyon (Amir) akan menuju satu titik dengan pasukan yang dipimpinnya dan bertempur disana, dan jika pasukan musuh mulai berkumpul untuk menyerang mereka dengan pasukan yang banyak, maka pasukan lain pun akan datang membantu. Setiap amir akan mengimami pasukannya masing-masing, dan jika ada yang membutuhkan bantuan dari yang lain, mereka akan segera memberikan bantuan. Namun ketika Khalid Radiyallahu Anhu datang dengan membawa pasukan dari Irak, dan melihat jumlah pasuka Romawi yang bergitu besar, yang mungkin tak pernah disaksikan sebelumnya, ia tidak ingin memaksakan apapun kepada para amir yang ada yang mungkin tidak berkenan di hati mereka, yaitu untuk memaksakan kepemimpinan umum yang telah ditugaskan Khalifah untuknya. Ia hanya memberi tahukan hal itu kepada Abu Ubaidah bin Al-jarrah yang merupakan pimpinan umum sebelum kedatangan Khalid. Abu Bakar telah mengatakan pada saat akan memberangkatkan mereka, “Jika kalian telah sampai di negeri itu, dan pasukan musuh telah berkumpul untuk memerangi kalian, maka pemimpin kalian adalah Abu Ubaidah bin Al-Jarrah.” Bahkan Khalid memilih untuk menggunkan sebuah metode yang memungkinkan untuk mengawasi secara penuh jalannya peperangan, dan disetujui oleh seluruh pasukan, sehingga mereka bias bersama-sama maju melawan musuh dengan tekad yang tak tergoyahkan. Ia berkata kepada mereka, “Wahai para komandan sekalian, apakah kamu mau menerima suatu hal yang dengannya Allah akan menguatkan agama ini, dan dengannya kalian tidak akan ditimpa oleh hal-hal yang tidak diinginkan?” Mereka menjawab, “Kami menerima.” Setelah mendapat persetujuan dari seluruh komandan yang ada, Khalid berdiri dihadapan seluruh pasukan dan berkata, “Sesungguhnya hari ini adalah bagian dari hari-hari milik Allah, tidak ada yang patut dibanggakan ataupun dicelahkan. Ikhlaskanlah niat kalian dalam berjihad, dan jadikanlah Allah sebagai tujuan dari seluruh amal kalian. Sesungguhnya inilah hari yang akan menentuka hari-hari yang akan datang, janganlah kalian berberang dengan cara saling berpencar. Sungguh cara tersebut tidak tepat danm tidak laya. Sungguh jika musuh kalian mengetahui ini maka mereka akan berusaha menghalangi kalian. Maka lakukanlah apa yang diperintahkan kepada kalian oleh pemimpin kalian yang menyayangi kalian.”

Para amir yang terdiri dari pemimpin batalyon yang ada berkata, “Katakanlah, apa usulanmu?” Khalid berkata, “Sesungguhnya Abu Bakar tidak mengutus kita kecuali karena ia telah mengetahui bahwa kita akan saling memudahkan. Jika ia mengetahui apa yang telah kalian lakukan dan apa yang terjadi sekarang niscaya ia akan mengumpulkan kalian kembali. Sesungguhnya keadaan kalian saat ini lebih berat bagi kaum muslimin daripada apa yang telah menimpa mereka, dan lebih menguntungkan bagi kaum musyrikin daripada perlengkapan mereka sendiri. Aku telah menyaksikan bahwasannya dunia telah memisahkan kalian. Maka ingatlah Allah, Allah…telah ada seseorang di antara kalian yang terasing disebuah negeri, kedekatannya dengan seorang komandan tidak akan mengiurangi kehormatan dirinya sebagaimana kedekatan banyak komandan dengannya tidak akan menambah kehormatan dirinya. Jika kalian menunjuk seseorang untuk memimpin kalian secara keseluruhan, maka itu tidak akan mengurangi nilai kalian di sisi Allah dan di sisi Khalifah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam . Maka marilah, sesungguhnya musuh kalian telah bersiap, inilah hari yang akan menentukan hari-hari yang akan datang. Jika kita berhasil memukul mereka mundur ke parit-parit mereka pada hari ini, maka kita akan terus memukul mundur mereka. Namun jika mereka mengalahkan kita maka kita tidak akan menang setelahnya. Maka marilah kita saling mengangkat komandan tertinggi. Hendaklah sebagian dari kita memimpin hari ini, dan besuk diambil alih oleh yang lain, dan yang lainnya akan mengambil alih kepemimpinan pada hari berikutnya, hingga seluruh komandan akan mendapat giliran. Dan izinkanlah aku untuk mengambil alih kepemimpinan hari ini.”

Para komandan menyetujui hal ini dan mengangkat Khalid untuk memimpin mereka pada hari itu. Mereka melihat itu sebagai jalan keluar yang baik setelah sebelumnya mereka berperang dengan pasukan masing-masing dan kemudian saling member bantuan. Mereka menyadari bahwa jalan masih panjang di depan mereka, dan yang belum menjadi komandan tertinggi hari ini, akan bias meraihnya esok hari.

Khalid menerima tanggung jawab sebagai komandan tertinggi. Ia melihat pasukan Romawi telah keluar dengan formasi pasukan yang tak pernah disaksikan sebelumnya. Maka ia pun keluar dengan formasi yang tidak pernah dikenal oleh orang arab sebelumnya. Ia membagi pasukannya kepada banyak batalyon, ia membagi mereka kepada tiga puluh enam hingga empat puluh batalyon, dan berkata pada pasukannya, “Sesungguhnya jumlah musuh kalian banyak dan mereka pun bersikap angkuh, dan tidak ada formasi pasukan yang lebih banyak dipandang selain formasi dengan pembagian batalyon ini.”

Ia membagi pasukan tengah menjadi beberapa bataliyon dan menunjuk Abu Ubaidah sebagai komandannya, ia juga membagi sayap kanan menjadi banyak batalyon dengan dipimpin oleh Amr bin Ash dan di sana juga ada Syurahbil bin Hasanahh. Lalu ia membagi sayap kiri menjadi beberapa batalyon dan menunjuk Yazid bin Abi Sufyan untuk memimpinnya. Setiap batalyon diisi oleh pejuang yang terhitung sebagi kesatria pemberani dari kaum muslimin seperti Qa’qa’ bin Amru, Ikrimah bin Abu Jahal, Iyadh bin Ghanim, Hasyim bin Utbah bin Abu Waqqash, Habib bin Maslamah, Abdurrahman bin Khalid, yang usianya saat itu baru delapan belas tahun.

Khalid mengangkat Abu Darda’ sebagai pemutus perkara di antara mereka dan Abu Sufyan bin Harb sebagai motivator pasukan. Ia juga menunjuk Miqdad untuk membacakan ayat-ayat jihad yang terdapat di surat Al-Anfal. Abu Sufyan berjalan diantara batatyon yang ada, berhenti di depan mereka dan berkata, “Bertakwalah kepada Allah, bertakwalah kepada Allah…kalian adalah pembela arab dan penolong bagi Islam, sementara mereka adalah pembela Romawi dan penolong kemusyrikan. Ya Allah, ini adalah diantara hari-hari-Mu, Ya Allah, berikanlah kemenangan bagi hamba-hamba-Mu.”

Khalid mendengar seseorang dari bariksan kaum muslimin berkata, “Alangkah banyaknya pasukan Romawi dan sedikitnya pasukan kaum muslimin!” maka Khalid menghardiknya dan membalas perkataannya dengan kata-kata yang bias membuat individu dari kaum muslimin berperang bagaikan satu pasukan penuh. Ia berkata, “Justru alangkah sedikitnya pasukan Romawi dan banyaknya pasukan kaum muslimin! Sesungguhnya suatu pasukan akan menjadi banyak dengan kemenangan dan menjadi sedikit dengan kekalahan, dan bukan dilihat dari jumlah pasukan. Demi Allah aku berharap Al-Asyraq (nama kuda Khalid yang alas kakinya hancur akibat perjalanan yang jauh dan sulit. Kuda itu tidak menggunakan alas kaki semenjak menempuh perjalanan dari Irak) kembali menggunakan alas kakinya, dan pasukan Romawi berjumlah jauh lebih banyak!”

Khalid kemudian memerintahkan Ikrimah dan Qa’qa’ untuk memulai perang. Kedua pasukan berbaur dan saling bertempur, mereka berperang dengan sangat dahsyat, sebuah perang yang tak pernah disaksikan sebelumnya.

Abu Ubaidah bangkit mengobarkan semangat kaum muslimin dan menasehati mereka dengan berkata, “Hamba-hamba Allah, tolonglah agama Allah niscaya Ia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. Wahai kaum muslimin, bersabarlah, karena kesabaran itu menyelamatkan dari kekufuran dan diridhai oleh tuhan serta menghindarkan dari kehinaan. Jangan kalian meninggalkan barisan kalian, jangan langkahkan kaki kea rah mereka, dan janganlah memulai peperangan. Siapkan tombak-tombak kalian, tetaplah diam kecuali berdzikir kepada Allah dalam diri kalian, hingga aku memberi perintah insya Allah Ta’ala.”

Komandan lainnya seperti Mu’adz bin Jabal, Amr bin Ash, Abu Hurairah, dan yang lainnya juga melakukan hal yang sama untuk menghidupkan semangat jihad dan mendorong pasukan mereka untuk meraih kemenangan atau surga yang dijanjikan Allah.

Ath-Thabari meriwayatkan, dan diikuti oleh Ibnu Al-Atsir, “Saat mereka dalam keadaan demikian, datanglah utusan dari Madinah yang membawa surat. Mereka menyambutnya dan menanyakan kabar. Ia hanya memberitahu mereka hal-hal yang baik, dan tentang bala bantuan. Ia juga menyatakan bahwa kedatangannya untuk menyampaikan berita wafatnya Abu Bakar dan pengangkatan Abu Ubaidah sebagai komandan tertinggi. Lalu mereka mengantarkannya kepada Khalid, dan ia memberitahukan kepadanya berita mengenai Abu Bakar, dan juga memberitahunya apa yang telah ia katakana kepada pasukan lain. Khalid berkata kepadanya, “Engkau telah berlaku baik, maka tetaplah demikian. Lalu ia mengambil surat tersebut dan menyimpannya di tempat anak panahnya. Ia khawatir berita itu akan mempengaruhi semangat pasukannya. Dan Mahmiyyah bin Zunaim – yang merupakan utusan yang datang dari Madinah- tetap berada bersama Khalid.”

Di tengah berkecamuknya peperangan, Jarajah (George) –salah seorang komandan Romawi- keluar dari pasukannya dan berseru. “Aku menginginkan Khalid.” Dan Khalid pun keluar menemuinya. Lalu terjadi dialog yang menarik diantara mereka berdua yang menyebabkan masuk Islamnya Jarajah. Dan setelah itu ia pun berdiri di sisi Pedang Allah Khalid dan berperang bersamanya dalam barisannya!

Melihat pembelotan Jarajah, pasukan Romawi segera melancarkan serangan kepada kaum muslimin. Mereka menganggap itu merupakan sebuah serangan dari komandan mereka. Mereka pun berhasil memukul mundur pasukan kaum muslimin dari posisi mereka kecuali pasukan pelindung yang terdiri dari Ikrimah dan Al-Harits bin Hisyam. Khalid menaiki kudanya dan diikuti oleh Jarajah, sementara itu pasukan Romawi telah berada di sela-sela pasukan kaum muslimin. Maka mereka pun saling memanggil dan kembali kepada barisan masing-masing sehingga pasukan Romawi pun kembali kepada posisi mereka. Khalid memimpin kaum muslimin menyerang Romawi sehingga pedang-pedang pun beradu. Khalid dan Jarajah menyerang sejak naiknya matahari hingga condong dan tenggelam ke Brat. Lalu Jarajah pun gugur sementara ia belum melakukan shalat apapun selain dua rakaat yang ia lakukan setelah keislamannya. Saat itu kaum muslimin hanya melaksanakan sholat Ashar dan Zhuhur dengan isyarat, dan tak lama kemudian pasukan Romawi pun mulai goyah.

Khalid terus menyerang ke jantung pertahanan mereka hingga ia berada di antara pasukan berkuda dan pasukan pejalan kaki dari mereka. Musuh mereka berada pada posisi terbuka namun dengan jalan keluar yang sempit, sehingga ketika pasukan berkuda mereka menemukan sebuah celah, mereka segera pergi dan meninggalkan pasukan pejalan kaki di dalam barisan. Pasukan berkuda tersebut lari menembus panasnya padang pasir. Lalu kaum muslimin menunda shalat hingga kemenangan berhasil diraih.

Ketika kaum muslimin menyaksikan bahwa pasukan berkuda dari Roamwi berusaha melarikan diri, mereka membiarkannya dan tidak berusaha untuk mengejar. Pasukan tersebut melarikan diri dan tercerai berai memasuki negeri mereka. Lau Khalid dan pasukannya menghancurkan pasukan pejalan kaki yang merasa seolah tembok besar yang runtuh di atas kepala mereka, mereka pun masuk ke dalam parit-parit yang mereka gali, dan kaum muslimin terus menekan mereka hingga mereka akhirnya menuju Waqushah. Di sana pasukan Romawi yang telah diikat dengan rantai tersebutmulai jatuh satu persatu. Mereka yang bias bertahan akhirnya ikut terjatuh karena salah seorang rekan yang terikat terjatuh kepadanya. Satu orang yang jatuh berpengaruh kepada sepuluh lainnya, dansetiap kali dua orang terjatuh, maka yang lainnya akan semakin lemah mempertahankan kekuatan mereka. Sampai akhirnya seratus dua puluh ribu dari mereka tewas di Waqushah tersebut. Delapan puluh ribu diantaranya berasal dari mereka yang terikat rantai satu sama lain, dan empat puluh ribu lainnya dari prajurit yang tidak terikat rantai. Itu diluar pasukan berkuda dan pasukan pejalan kaki yang telah tewas di medan tempur. Saat itu satu orang penunggang kuda bias memiliki seribu lima ratus anak panah. Panglima Romawi yaitu Al-Fiqar sanagt terpukul, dan begitu juga dengan tokoh-tokoh Romawi yang ada bersamanya, mereka mengadakan pertemuan dan berkata, “Kita tidak ingin menyaksikan hari yang kelam karena kita belum bias menyaksikan hari kegembiraan, dan karena kita juga tidak mampu membela agama Nasrani.”

Allah Ta’ala memberikan Romawi kekalahan yang menyesakkan, para komandan dan panglima perenag mereka tewas dalam peperangan, dan kekalahan pun sampai di Heraklius yang saat itu berada di kota Himsh.

Bersambung Insya Allah . . .

Artikel http://www.SahabatNabi.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.