Categories
Abu Ubaidah

Biografi Sahabat Nabi, Abu Ubaidah : Mujahid Terpercaya, Penakluk Wilayah Syam (Seri 11)

F. Mujahid Terpercaya, Penakluk Wilayah Syam

3. Permulaan perang Yarmuk dan kepemimpinan Khalid

Ketika para komandan pasukan kaum muslimin melihat pasukan Romawi bergabung menghadapi mereka, maka mereka bermusyawarah untuk menentukan langkah yang akan diambil. Di antara pemikiran yang muncul adalah pendapat Amr bin Ash, “Sesungguhnya pendapat untuk seperti kita adalah dengan bersatu. Karena bersatunya orang-orang seperti kita tidak akan terkalahkan meski berjumlah sedikit.” Lalu mereka mengirim surat ke Abu Bakar, kemudian sepakat untuk berkumpul di Yarmuk. Surat Abu Bakar berisi pendapat yang senada dengan pandangan Amr bin Ash. Abu Bakar berpesan kepada mereka, “Bergabunglah, hingga kalian membentuk satu kekuatan. Kalahkan tentara kaum musyrikin dengan tentara kaum muslimin, maka sesungguhnya kalian adalah para penolong agama Allah, dan Allah penolong bagi mereka yang menolongnya dan akan merendahkan mereka yang kafir. Orang seperti kalian tidak akan kalah karena sedikitnya jumlah. Yang akan kalah adalah 10 ribu lebih oleh 10 ribu jika mereka berbuat dosa. Maka jauhilah perbuatan dosa, dan berkumpullah di Yarmuk, hendaklah setiap kalian shalat bersama para sahabatnya.”

Pasukan Romawi berkumpul di sebuah lembah dan membangun perkemahan di tepian lembah. Mereka menjadikan lembah itu sebagai parit yang memisahkan mereka dengan kaum muslimin. Pasukan kaum muslimin lalu mengepung mereka selama bulan Shafar hingga Rabiul Akhir tahun 13 Hijriyah. Masing-masing pihak tidak dapat menyerang pihak yang lain. Ketika situasi ini berlangsung terlalu lama bagi kaum muslimin, mereka pun menulis surat kepada Khalifah Abu Bakar memberitahukan besarnya jumlah pasukan Romawi dan meminta tambahan pasukan. Baru saja surat para komandan pasukan itu sampai ke tangan Abu Bakar, teringat oleh sosok pedang Allah, panglima besar, Khalid bin Walid. Wajahnya berseri-seri ketika mengingat itu. Dia berkata dalam hati, “Khalid untuk pasukan tambahan itu. Demi Allah, saya akan membuat pasukan Romawi mengabaikan bisikan setan dengan mengirim Khalid bin Walid!”

Abu Bakar As-Shiddiq segera menulis serat kepada Khalid sepulangnya dari pelaksanaan ibadah haji. Dia mengucapkan selamat atas kemenangan yang diperoleh Khalid, mengingatkannya, dan menasehatinya. Lalu memerintahkan padanya untuk membantu saudara-saudaranya, para pemimpin pasukan penakluk Syam. Surat Abu Bakar sampai ke tangan Khalid saat dia berada di Hirah sepulang dari melakukan ibadah haji. “Berangkatlah hingga sampai ke tempat berkumpulnya pasukan kaum muslimin di Yarmuk. Mereka menghadapi situasi yang sulit. Jangan kau ulangi apa yang pernah kau lakukan. Tidak aa yang dapat mengalahkan musuh dengan pertolongan Allah seperti yang engkau telah lakukan, tidak ada yang dapat lepas dari situasi yang sulit seperti yang engkau lakukan, maka mantapkan niat dan langkah, selesaikanlah semoga Allah menyelesaikan untukmu, jangan sampai engkau dirasuki rasa ujub (bangga terhadap diri sendiri), maka engkau akan rugi dan terhina. Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla pemilik segala karunia, Dialah yang berhak member balasan.”

Kemudian Abu Bakar berkata kepadanya, “Tinggalkanlah Irak dan angkatlah pengganti untuk penduduknya, lalu berangkatlah bersama orang-orang kuat dari pasukan yang datang bersamamu ke Irak dari Yamamah, menemuimu di perjalanan, dan menyusulmu dari Hijaz. Hingga engkau sampai ke Syam dan bertemu dengan Abu Ubaidah bin Al-Jarrah dan pasukannya dari kaum muslimin. Jika kalian telah bertemu, maka engkau menjadi panglima perang. Wassalam.”

Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa Abu Bakar memerintahkan Khalid untuk berangkat bersama separuh pasukan dan mengangkat Al-Mutsanna bin Haritsah Asy-Syaibani sebagai pemimpin separuh pasukan lainnya.

Khalid bin Walid pun mematuhi perintah khalifah dan mengangkat Al-Mutsanna sebagai penggantinya di Irak. Khalid berangkat bersama para Pahlawan Islam dari Hirah menuju Daumatul Jandal (Desa yang terletak disebelah utara jazirah arab dan berjarak 450 Km dari selatan Taima’), lalu dia memasuki Bariyyah dan mengumpulkan orang-orang pandai dan bertanya pada mereka, “Bagaimana jalannya agar saya bias keluar dari arah belakang pasukan Romawi? Jika saya datang dari arah depan, pasukan Romawi akan mencegahku untuk menolong kaum muslimin!” semuanya berkata, “Yang kami ketahui hanya ada jalan yang tidak bias dilalui pasukan tentara, jalan itu hanya bias dilalui oleh pengendara yang sendirian. Jangan sampai engkau membahayakan kaum muslimin!” Namun Khalid bersikeras untuk merealisasikan pendapatnya. Dia meminta seorang penunjuk jalan, lalu ditunjukkanlah pada Rafi’ bin Umairah Ath-Tha’i. Khalid pun berpidato dihadapan pasukannya, membangkitkan semangat mereka dan menguatkan keimanan mereka. Dia berkata, “Jangan biarkan iman kalian melemah, berbuatlah, sesungguhnya pertolongan itu datang tergantung niat, balasan tergantung pada perbuatan. Seorang muslim hendaknya tidak merasa takut menghadapi sesuatu dengan adanya pertolongan dari Allah untuknya.” Pasukannya menjawab, “Engkau adalah seseorang yang telah diberi kebaikkan oleh Allah, maka lakukanlah apa yang hendak engkau lakukan.” Mereka pun mendukung Khalid, menguatkan tekad, dan bersemangat seperti semangatnya Khalid.

Khalid pun melanjutkan perjalanan bersama 9500 tentara, yang bertindak sebagai petunjuk jalan adalah Rafi’ bin Umairah. Dia mengambil jalan yang belum pernah dilalui oleh seorang pun, mengarungi padang pasir yang tandus, menuruni lembah, mendaki gunung, berjalan di jalur yang sempit. Rafi’ membawa mereka ke jalur padang pasir yang tandus. Sampailah mereka dalam waktu lima hari dan keluar dari arah Tadmur (Kota yang terletak di negeri Syiria, letaknya di arah timur kota Damaskus dengan jarak 240 Km) dan Khalid membuat kesepakatan damai dengan penduduknya. Pasukan melewati desa Adzra (Desa yang terletak di sebelah timur kota Damaskus dengan jarak 25 Km, pada saat ini dinamakan dengan Adra) dan keluar dari arah timu Damaskus. Mereka terus berjalan hingga sampai ke Bushra. Di dapatinya para shahabat telah memerangi mereka dan pemimpinnya mengajak berdamai dengan mereka.

Padang pasir yang diarungi sendiri oleh Pedang Allah, Khalid bin Walid  bersama pasukannya dari Irak menuju Syam agar dia dapat muncul di tempat pasukan Romawi tanpa ada yang menghalangi, saat ini terkenal dengan Badiyah Syam yang menjadi jalur mobil antara Damaskus dan Baghdad berjarak sekitar 1370 Km (Pada zaman sekarang, jarak antara kota Damaskus dan Baghdad lebih dekatnya 800 Km) dan biasa ditempuh oleh mobil selama 20 jam dengan istirahat. Khalid dan pasukannya menantang maut dengan melewati padang pasir yang mengerikan dan tandus itu, menempuhnya selama lima hari, hingga mendatangi pasukan Romawi dari arah belakang mereka dan mengejutkan mereka.

Memang benar bahwa kejeniusan itu tidak mengenal batasan dan tidak ada yang dapat merintanginya untuk mencapai tujuannya yang luhur.

Khalid Radiyallahu Anhu berharap kedatangannya beserta pasukannya untuk membantu saudara-saudara mereka, pasukan Syam dan sebagai pasukan yang mendukung mereka, dapat menimbulkan ketenangan di hati mereka dan membesarkan hati panglimanya Abu Ubaidah. Ketika Khalifah mengutusnya sebagai pasukan tambahan bagi mereka dan menjadi panglima tertinggi bagi pasukan mereka, Khalid sangat mengetahui kedudukan dan keutamaan para pembesar shahabat Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam . Untuk member isyarat kepada Abu Ubaidah di amata kaum muslimin, Khalid mengirim dua pucuk surat, yang pertama di tunjukkan kepada seluruh kaum muslimin di Syam, dia mengatakan kepada mereka, “Amma ba’du, sesungguhnya surat Khalifah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam   datang kepadaku menyuruhku untuk bergerak ke tempat kalian, dan saya langsung menyanggupinya. Jika pasukan berkuda dan berjalan kaki pimpinanku sampai ke tempat kalian, maka bergembiralah dengan terealisasinya janji Allah dan kebaikan pahala dari Allah. Semoga Allah menjaga kami dan kalian serta melimpahkan pahala mujahidin kepada kita semua.”

Sedangkan surat kedua ditunjukkan kepada Abu Ubaidah secara khusus. Dia mengatakan dalam suratnya, “Amma ba’du, saya berharap kepada Allah agar kita diberi rasa aman pada hari yang diliputi ketakutan dan terhindar dari setiap keburukan. Telah datang kepadaku surat Khalifah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam   memerintahkan kepadaku untuk bergerak ke Syam dan menjadi panglima pasukannya. Demi Allah saya tidak meminta hal itu sama sekali dan saya tidak menginginkannya. Engkau tetap pada posisimu, kami pun tidak akan memutuskan sesuatu tanpamu. Engkau adalah tuan kaum muslimin, kami tidak mengingkari keutamaanmu dan sangat membetuhkan pemikiranmu. Semoga Allah menyempurnakanakebaikan pada diri kita dan merahmati kita dari ancaman api neraka. Wassalam.”

Ketika Abu Ubaidah membaca surat Khalid tersebut, dia berkata, “Semoga Allah memberkahi Khalifah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dalam pendapatnya dan memberi umur panjang kepada Khalid.

Bersambung Insya Allah . . .

Artikel http://www.SahabatNabi.com

One reply on “Biografi Sahabat Nabi, Abu Ubaidah : Mujahid Terpercaya, Penakluk Wilayah Syam (Seri 11)”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.