F. KELENGKAPAN RIWAYAT HIDUP UMAR, KEPELOPORANNYA, UCAPANNYA, DAN RASA TAKUTNYA DALAM MENGEMBAN TANGUNGJAWAB KEKHALIFAHAN
1. Kepeloporan Umar
Umar menjadi pelopor dalam banyak hal. Di antaranya, dia adalah orang pertama yang menulis penanggalan Hijriah, orang pertama pertama yang mengumpulkan orang dalam pelaksanaan shalat tarawih pada satu imam, orang pertama yang mengumpulkan orang dalam pelaksanaan shalat jenazah dengan empat kali takbir, orang pertama yang melakukan ronda malam, orang pertama yang menjatuhkan hukuman atas perbuatan fitnah, orang pertama yang menetapkan hukum cambuk sebanyak 80 kali atas peminum khamar, orang pertama yang menarik zakat kuda, orang pertama yang melarang penjualan budak perempuan yang dinikahi dan telah melahirkan anak, orang yang pertama yang membuat buku administrasi lalu menetapkan bagian dari harta rampasan, orang pertama yang mengangkut makanan dari Mesir ke Madinah, orang pertama yang menetapkan wakaf tanah dan mensedekahkan hasilnya, orang pertama yang menggunakan cambuk, orang pertama yang membangun wilayah, orang pertama yang menetapkan pajak atas tanah, dan orang pertama yang memperluas masjid Nabawi.
2. Beberapa ucapan, nasihat, dan khutbah Umar
Cukup banyak kata penuh hikmah yang keluar dari lisan Umar. Berbagai khutbahnya penuh dengan nasihat dan pelajaran mirip ucapan seorang Nabi, hanya saja dia bukan berasal dari wahyu.
Umar menasehati orang-orang yang memberi mereka petunjuk dengan ucapan, “Hisab (Hitung)lah diri kalian sebelum kalian dihisab, timbanglah diri kalian sebelum diri kalian sebelum diri kalian ditimbang. Sesungguhnya kalian akan mengalami hisab yang lebih ringan besok jika kalian menghisab diri kalian sekarang. Berhisablah untuk menampilkan yang agung, “Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Tuhanmu), tidak ada sesuatu pun dari kamu yang bersembunyi (bagi Allah).” (QS. Al-Haqqah [69]: 18).
Nasihat Umar pada Ahnaf bin Qais, “Wahai Ahnaf, siapa yang banyak tertawa akan berkurang kewibaannya, siapa yang suka bercandah akan diremehkan, siapa yang banyak melakukan sesuatu akan di kenal dengan sesuatu itu, siapa yang banyak bicara lebih sering tergelincir, siapa yang sering tergelincir akan berkurang rasa malunya, siapa yang berkurang rasa malunya akan berkurang wara’nya, siapa yang berkurang wara’nya akan mati hatinya.”
Di antara nasehat Umar pada orang-orang, “Jangan menentang sesuatu yang tidak penting bagimu, hindarilah musuhmu, jagalah jarak dengan temanmu kecuali orang-orang yang terpercaya, sesungguhnya orang yang terpercaya itu tak ada bandingnya, jangan berteman dengan orang-orang jahat karena dia akan mengajarimu sebagian dari perbuatan jahat, jangan sebarkan rahasiamu, dan mintalah pendapat dalam urusanmu pada orang-oarang yang memiliki rasa takut kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.”
Umar pernah berdoa, “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu, jangan engkau ambil nyawaku saat aku lengah, jangan biarkan aku lengah, dan jangan jadikan aku termasuk orang-orang yang lengah.”
Ketika berangkat untuk penaklukan Baitul Maqdis, Umar sempat mampir di Jabiyah. Di sana dia menyampaikan khutbah yang cukup panjang, “Wahai jamaah sekalian, perbaikilah hal-hal yang tersembunyi dari kalian maka akan baik pula yang tampak dari diri kalian, berbuatlah untuk akhirat maka urusan dunia akan tercukupi, ketahuilah bahwa seseorang itu tidak ada diantaranya dengan adam seorang bapak yang hidup pasti bernasab pada kematian, siapa yang ingin mendapat jalan ke surga hendaklah senantiasa bersama jamaah, sesungguhnya setan bersama orang yang sendiri, dan dia lebih menjauh dari orang yang berdua. Tapi jangan sekali-kali berduaan dengan perempuan, karena setan menjadi yang ketiga. Siapa yang senang dengan kebaikannya dan sedih atas keburukannya menandahkan bahwa dia adalah seorang mukmin.”
3. Kerendahan hati Umar dan rasa takutnya kepada Allah
Meski Umar Radiyallahu ‘Anhu telah menorehkan berbagai keberhasilan dalam perjalanan hidup, di sisi lain Umar memiliki sifat rendah hati dan rasa takut luar biasa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Pada suatu hari yang terik dia berjalan sambil menutup bajunya ke atas kepalanya. Lewatlah seorang budak menunggangi keledai. Umar berkata padanya, “Wahai budak, bawa saya bersamamu.” Budak itu segera turun dari keledainya dan mempersihlakan Umar naik. Namun Umar berkata, “Tidak naiklah dan saya akan membonceng di belakang. Bagaimana mungkin engkau membawa saya ke tempat yang nyaman sementara engkau berada di tempat yang sulit. Maka Umar pun naik di belakang budak itu hingga masuk ke kota Madinah dan orang-orang melihatnya dalam kondisi seperti itu.
Pernah Umar menghardik seseorang dan hendak memukulnya dengan cambuk. Orang itu berkata, “Saya peringatkan engkau dengan Allah!” Seketika itu juga Umar melemparkan cambuk dari tangannya seraya berkata, “Engkau memperingatkan aku dengan sesuatu yang agung.”
Umar memiliki semboyan yang selalu diberitahukannya pada khlayak, “Orang yang paling aku sukai adalah orang yang menunjukkan padaku kekuranganku.”
Anas bin Malik meriwayatkan, “Saya mendengar Umar bin Khaththab berkata-kata pada suatu hari. Waktu itu kami keluar bersama, lalu dia masuk kedalam sebuah kebun kurma. Dari balik dinding saya mendengar dia berkata, “Umar bin Khaththab, Amirul mukminin, camkan wahai putra Khaththab, takutlah pada Allah atau kalau tidak Dia akan mengazabmu.”
Agar Umar selalu mengingat akhirat dan tidak melupakan hisab, dia mengukir di cincinnya kalimat, “Cukuplah mati sebagai penasihat wahai Umar.”
Umar pernah berkata, “Setiap hari orang berkata, si fulan dan si fulan meninggal. Pasti akan tiba saatnya di mana orang akan berkata, Umar meninggal.”
Bahkan rasa takutnya terhadap perkara hisab di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala amatlah tampak dari ucapannya ketika menghadapi ajal, ketika dia berada di tempat putranya Abdullah. Dia mengatakan bahwa dirinya telah banyak berbuat zhalim, namun dia berusaha untuk menjaga shalat dan puasa,
Hal itu merupakan sifat rendah hati dari orang-orang yang agung yang mengerti betul hak Allah, hak manusia, dan hak kekhalifahan dan hukum. Maka dia sangat mengetahui posisi dirinya sehingga sangat merendahkan hatinya di hadapan Allah dan berusaha untuk bertaubat kepada-Nya.
Bersambung Insya Allah . . .
Artikel www.SahabatNabi.com