Categories
Zubair bin Awwam

Biografi Sahabat Nabi, Zubair bin Awwam : Keutamaannya, Jaminan Surga, Kedudukannya Di Sisi Rasulullah, Serta Para Shahabatnya (Seri 10)

F. Keutamaannya dan Jaminan Surga Untuknya, Serta Kedudukannya Di Sisi Rasulullah Shallallahualaihi wa Sallam Dan Para Sahabatnya

Allah Ta’ala telah memuliakan Zubair dengan banyak keutamaan dan kelebihan. Rasulullah Shallallahualaihi wa Sallam juga memberikan penghargaan dengan pujian-pujian yang istimewa. Zubair sendiri telah menorehkan dalam lembaran-lembaran hidupnya sejarah yang cemerlang dan karakter yang sangat terhormat. Dia telah mempersembahkan kemuliaan yang tertinggi dan dengan begitu ia pun membumbung tinggi menempati posisi yang mulia.

Dia adalah salah seorang di antara para shahabat besar pertama memeluk Islam. Orang pertama yang menghunus pedang di jalan Allah untuk membela Rasulullah Shallallahualaihi wa Sallam. Melakukan dua hijrah, ke Habasyah dan Madinah Al-Munawwarah. Shalat menghadap dua kiblat. Mendampingi Nabi Shallallahualaihi wa Sallam setiap peperangannya. Dan salah seorang dari pahlawan perang Badar yang menggunakan ikat kepala kuning, dan para malaikat pun turun dengan keadaan demikian. Dia bertahan pada perang Uhud, dan membai’at dengan bai’at kematian. Dan termasuk di antara mereka yang memenuhi panggilan Allah dan Rasulnya dalam peristiwa Hamra’ul Asad, dan juga termasuk di antara mereka yang melakukan Bai’atur Ridhwan di bawah pohon. Dialah yang memegang janji Rasulullah Shallallahualaihi wa Sallam pada saat penaklukan kota Mekah. Rasulullah Shallallahualaihi wa Sallam, juga menyebutkan kedua orang tuanya dan menebusnya dengan mereka berdua, serta mendoakan kebaikan untuknya dan untuk pedangnya. Beliau memujinya di hadapan para shahabatnya dengan menyebutnya sebagai pembelanya. Beliau bersaksi kepadanya di Hira’ bahwa ia akan mati syahid, dan memberi kabar gembira dengan surga. Rasulullah Shallallahualaihi wa Sallam pun wafat dalam keadaan ridha kepadanya. Lalu Umar menjadikannya salah satu di antara enam orang anggota dewan syura, dan mencalonkannya menjadi khalifah, dan banyak shahabat yang berwasiat kepadanya agar menjaga anak-anak dan harta mereka. Tubuhnya penuh dengan bekas luka dan tusukan karena banyaknya peperangan yang ia ikuti. Dan dalam diri shahabat-shahabatnya, ia mempunyai kedudukan yang tidak dipunyai kecuali oleh sedikit dari shahabat-shahabat terbaik Rasulullah Shallallahualaihi wa Sallam.

1. Keutamaannya, Kelebihannya, dan Kedudukannya di Sisi Rasulullah Shallallahualaihi wa Sallam

Di antara keutamaan Zubair yang paling menonjol adalah ia termasuk orang yang pertama masuk Islam, dan menjadi bagian dari kaum Muhajirin. Dan Allah Ta’ala telah memuji dan meninggikan kedudukan mereka dalam firmannya “Dan orang-orang lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah. Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang agung (QS. At-Taubah [9]:100)”.

Di juga termasuk yang ikut dalam perang Badar. Dan mereka mempunyai kedudukan yang sangat tinggi di sisi Allah dan Rasul Nya dan di hati kaum muslimin berada pada tempat yang amat terhormat.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim, juga Ibnu Hibban dan yang lainnya, dari Ali bin Abi Thalib, bahwasanya Rasulullah Shallallahualaihi wa Sallam bersabda, “Barangkali Allah telah mengetahui perihal mereka yang ikut perang Badar dan berfirman, “Berbuatlah apa yang kalian kehendaki, sungguh telah pasti bagi kalian surga.”

Dan dalam riwayat dari Abu Dawud, dan Ibnu Hibban serta Al-Hakim, dari Abu Hurairah, dari Rasulullah Shallallahualaihi wa Sallam, “Barangkali Allah telah mengetahui perihal mereka yang ikut perang Badar dan berfirman, “Berbuatlah apa yang kalian kehendaki, sungguh kalian telah Aku ampuni.”

Dan Allah juga telah memuji mereka yang keluar bersama Rasulullah Shallallahualaihi wa Sallam setelah perang Uhud, padahal mereka dalam keadaan terluka, namun tetap menerima panggilan untuk berjihad. Mereka bergegas mengejar pasukan Quraisy sampai di Hamra’ul Asad. Zubair termasuk di antara mereka. Maka dia pun menerima kesaksian yang mulia itu dan sebuah pengakuan bahwa ia termasuk orang yang menyambut panggilan Allah dan Rasulullah Shallallahualaihi wa Sallam.

Di dalam Ash-Shahihain dan yang lainnya, dari Urwah bin Zubair, “Aisyah Radhiyallahu Anha membacakan ayat, “(yaitu) orang-orangy ang menaati (perintah) Allah dan Rasul setelah mereka mendapat luka (dalam perang Uhud). Orang-orang yang berbuat kebajikan dan bertakwa di antara mereka mendapat pahala yang besar (QS. Al-Imran [3]:172) dan berkata kepada Urwah, “Hai putra saudariku, sesungguhnya ayah dan kakekmu termasuk di antara mereka yaitu Zubair dan Abu Bakar).

Dan diantara keutamaannya yang lain adalah bahwa ia turut hadir dalam perjanjian Hudaibiah dan berbai’at di bawah pohon. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dan yang lainnya, dari Ummu Mubasysyir Al-Anshariyah Radhiyallahu Anha, dari Nabi Shallallahualaihi wa Sallam, beliau bersabda, “Tidak akan masuk neraka seseorang yang ikut dalam perang Badar dan Hudaibiyah.”

Dan Rasulullah telah menegaskan kepadanya bahwa ia adalah seorang syahid, dan kedudukan para syuhada di sisi Tuhan mereka sangat istimewa, dan ini telah dijelaskan dalam ayat-ayat Al-Qur’an.

Ahmad, Muslim, An-Nasa’I, At-Tirmidzi, dan Ibnu Hibban, serta yang lainnya meriwayatkan dari Abu Hurairah, bahwasanya Rasulullah Shallallahualaihi wa Sallam mendaki bukit Hira’ bersama Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Thalhah, dan Zubair. Tiba-tiba bukit tersebut berguncang. Maka Rasulullah Shallallahualaihi wa Sallam bersabda, “Diamlah wahai Hira, sesungguhnya yang ada di atasmu adalah seorang Nabi, Ash-Shiddiq, dan syahid”.

Dalam Ash-Shahihain serta yang lainnya, dari Jabir bin Abdullah, “Bahwasanya Nabi Shallallahualaihi wa Sallam berkata pada saat perang Khandaq, “Sesungguhnya setiap Nabi mempunyai pembela, dan pembelaku adalah Zubair bin Awwam.”

Dalam sebuah riwayat yang shahih dalam kitab Mustadrak Al-Hakim, dari Urwah bin Zubair, dari Zubair bin Awwam, Nabi Shallallahualaihi wa Sallam bersabda, “Sesungguhnya setiap Nabi mempunyai pembela, dan pembelaku adalah Zubair bin Awwam.” Kemudian dikatakan kepadanya, “Hai Abu Abdullah, tahukah engkau bahwasanya Rasulullah pernah mengatakan hal itu untuk orang selainmu?” Dia menjawab, “Tidak, Demi Allah aku tidak tahu.”

Dan diriwayatkan oleh Ahmad dan An-Nasa’i, dengan sanad yang shahih, dari Jabir bin Abdullah, Rasulullah Shallallahualaihi wa Sallam bersabda, “Zubair adalah putra bibiku, dan pembelaku dari umatku.”

Pada perang Uhud, Zubair memperlihatkan peran yang sangat baik, dia termasuk di antara sedikit shahabat yang bertahan di sisi Rasulullah Shallallahualaihi wa Sallam, dan Rasulullah Shallallahualaihi wa Sallam pun memuliakannya.

Ahmad meriwayatkan, dengan sanad yang shahih, dari Abdullah bin Zubair, berkata, “Rasulullah Shallallahualaihi wa Sallam menebusku dengan kedua orang tuanya pada perang Uhud.”

Dan Rasulullah menguatkan keutamaan pembelanya tersebut, dan mengulang pernyataannya itu pada perang Khandaq.

Asy-Syaikhani dan yang lainnya telah meriwayatkan dari Zubair Radhiyallahu Anhu, “Sungguh Demi Allah, Rasulullah Shallallahualaihi wa Sallam telah menebusku dengan kedua orang tuanya pada hari itu, dan berkata, “Ayah dan ibuku menjadi tebusanmu.”

Ibnu Abdil Barr meriwayatkan dalam kitab Al-Isti’ab dari Abu Ishaq As-Sabi’I, ia berkata, “Aku bertanya dalam suatu majelis yang terdapat lebih dari dua puluh orang shahabat Rasulullah Shallallahualaihi wa Sallam disana, “Siapa orang yang paling mulia di sisi Rasulullah Shallallahualaihi wa Sallam?” Mereka menjawab, “Zubair dan Ali bin Abi Thalib.”

Maksudnya bahwa dua orang sahabat ini termasuk di antara mereka yang mempunyai kedudukan yang mulia di sisi Rasulullah Shallallahualaihi wa Sallam, seperti ucapan beliau Shallallahualaihi wa Sallam kepada Abu Dzar, “Tidak satupun yang berada di bawah langit, dan berjalan di atas bumi, yang lebih jujur perkataannya dari pada Abu Dzar.”

Ibnu Hibban berkata, “Tidak mungkin perkataan ini dimaksudkan secara umum, karena saat itu langit sana juga terdapat Al-Mushthafa Shallallahualaihi wa Sallam, Ash-Shiddiq, dan Al-Faruq Radhiyallahu Anhuma.”

Juga perkataan Nabi Shallallahualaihi wa Sallam, “Umatku yang paling pengasih kepada yang lain adalah Abu Bakar, dan yang paling tegas dalam agama Allah adalah Umar, dan yang paling pemalu adalah Utsman.”

Ibnu Hibban berkata, “Kata-kata ini adalah kata-kata yang dihapuskan darinya “dari atau di antara”. Jadi maksud dari ucapan Nabi, “Umatku yang paling pengasih kepada yang lain”, adalah, “Di antara umatku yang paling pengasih”, juga ucapan beliau, “Dan yang paling tegas dalam agama Allah”, maksudnya adalah, “Di antara yang paling tegas, juga di antara yang paling tegas, juga di antara yang paling pemalu.”

2. Jaminan Surga

Dan Rasulullah Shallallahualaihi wa Sallam memahkotai seluruh kabar gembira dan pujian-pujiannya untuk Zubair dengan bersaksi bahwa ia adalah penghuni surga. Sebagaimana banyak disebutkan dalam hadits-hadits shahih yang telah disebutkan beberapa kali dalam kita ini. Diantaranya :

Ahmad, An-Nasa’I, At-Tirmidzi, dan Ibnu Hibban serta yang lainnya meriwayatkan dari Abdurrahman bin Auf, Ia berkata, Nabi Shallallahualaihi wa Sallam telah bersabda, “Sepuluh orang di surga, Abu Bakar di surga, Umar di surga, Utsman di surga, Ali di surga, dan Zubair di surga.” Dan ia menyebutkan sisanya.

Ahmad, An-Nasa’I, dan Ibnu Hibban serta yang lainnya meriwayatkan dari banyak sanad, dari Sa’id bin Zaid bahwasanya dia mendengar Rasulullah Shallallahualaihi wa Sallam bersabda, “Sepuluh orang di surga, Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Thalhah, Zubair.” Hingga akhir hadits.

Dan Syu’bah bin Al-Hajjaj meriwayatkan dari Manshur bin Abdurrahman, ia berkata, “Aku mendengar Asy-Sya’bi berkata, “Aku bertemu dengan lebih dari lima ratus orang shahabat, dan semua mengatakan, “Ali, Utsman, Thalhah, dan Zubair di surga.”

Empat Shahabat ini termasuk dalam sepuluh orang yang disebutkan dalam hadits sebelumnya. Ikut serta dalam perang Badar, dan keempatnya terbunuh dan mati dalam keadaan syahid, Radhiyallahu Anhum, dan Allah telah membuktikan janjinya.

Adapun hadits yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dan Al-Hakim, dari Ali bin Abi Thalib yang berkata, “Telingaku telah mendengar Rasulullah Shallallahualaihi wa Sallam bersabda, “Thalhah dan Zubair adalah tetanggaku di surga.” Adalah hadits lemah yang lemah. Dianggap lemah oleh At-Tirmidzi, dan Adz-Dzahabi, dan banyak ulama lainnya.

3. Kedudukan di Antara Shahabat

Para shahabat telah mengetahui kedudukan Zubair di sisi Rasulullah Shallallahualaihi wa Sallam, juga kedudukannya dalam Islam, dan keutamaan-keutamaan serta peran-perannya yang mengagumkan dalam banyak peristiwa yang ditorehkannya dalam perjalanan hidupnya bersama Rasulullah Shallallahualaihi wa Sallam, dan setelah wafatnya beliau. Maka ia pun mendapat tempat yang istimewa di hati mereka.

Cukuplah bagi kita untuk mengetahui bahwa Umar Radhiyallahu Anhu menunjuknya menjadi salah satu dari enam orang anggota majelis syura, dan membatasi tugas penunjukan khalifah di antara mereka.

Dan telah disebutkan sebelumnya perkataan dari Umar, “Kalau aku ingin meninggalkan suatu warisan, atau menitipkan suatu titipan kepada seseorang, niscaya akan aku titipkan kepada Zubair bin Awwam, sesungguhnya dia adalah salah satu rukun dari agama!”

Dan kedudukannya di sisi Utsman pun tidak kurang dari kedudukannya di sisi Umar. Ahmad dan Al-Bukhari, serta An-nasa’I dan Al-Hakim meriwayatkan dari Urwah bin Zubair, ia berkata, “Marwan bin Al-Hakam mengabarkanku dan berkata “Utsman menderita sakit pendarahan yang parah di hidungnya pada tahun di mana penyakit itu mewabah, hingga ia tidak bisa berangkat haji, dan ia pun menyiapkan wasiat. Kemudian datang seorang laki-laki dari Quraisy kepadanya dan berkata, “Tunjuklah pengganti.” Utsman bertanya, “Apakah mereka membicarakan ini?” di menjawab, “Iya”. Utsman berkata, “Siapa yang menurut mereka pantas?” Dan ia pun diam. Kemudian masuk laki-laki lain aku rasa dia adalah Al-Harits ( Dia adalah Al-Harits bin Al-Hakam, saudara dari Marwan yang menceritakan riwayat ini) dan berkata, “Tunjuklah pengganti” Utsman bertanya, “Apakah mereka membicarakan ini?” di menjawab “Iya”. Utsman berkata, “Siapa yang menurut mereka pantas?” dan dia pun diam. Kemudian dia berkata, “Barangkali mereka menyebut Zubair?” dia menjawab, “Iya”. Utsman berkata, “Sungguhm demi Dzat jiwaku yang berada ditangan- Nya, sejauh yang aku tahu, sesungguhnya dia adalah yang terbaik dari mereka, dan yang paling dicintai oleh Rasulullah Shallallahualaihi wa Sallam.”

Adapun Ali Radhiyallahu Anhu, cukuplah menjadi bukti atas kecintaannya yang mendalam terhadap Zubair, dan penghormatannya yang tinggi kepadanya, kesedihannya yang luar biasa pada saat mendengar kabar tentang syahidnya Zubair, dan menyebut pembunuhannya sebagai penghuni neraka, dan akan kita ceritakan kemudian.

Suatu ketika ada seorang laki-laki yang mencaci maki Ali, Thalhah, dan Zubair. Lalu lewatlah Sa’ad bin Abi Waqqash dan melarangnya dari itu, namun ia tidak berhenti. Lalu Sa’ad mengancam akan mendoakan kecelakaan atasnya, namun orang itu tetap tidak peduli, maka Sa’ad pun berdoa.

Ath-Thabrani meriwayatkan dari Amir bin Sa’ad bin Abi Waqqash, ia bercerita, “Saad berkata, “Ya Allah, kalau orang ini telah mencaci mereka yang telah berbuat apa yang telah mereka lakukan untukmu, maka pada hari ini, jadikanlah orang ini sebagai contoh! Tiba-tiba datanglah seekor unta, dan orang-orang memberinya jalan, dan unta itu kemudian menabrak dan menginjak orang tersebut. Dan aku melihat orang-orang mengikuti Sa’ad dan berkata, “Allah telah mengabulkan doamu wahai Abi Ishaq.”

Ibnu Sa’ad dan ath-Thabrani, juga Al-Bazzar dan yang lainnya, meriwayatkan dari nafi’, “Ibnu Umar mendengar seseorang berkata, “Aku adalah putra dari pembela Rasulullah Shallallahualaihi wa Sallam. Maka Ibnu Umar berkata, “Kalau engkau memang dari keluarga Zubair, tapi kalau tidak, maka bukan pembela Rasulullah.”

Hasan bin Tsabit telah memujinya dalam sebuah syair yang indah dengan menyebutkan keutamaan-keutamaan yang dimilikinya, serta sifat-sifat dan kiprahnya.

Zubair bin Bakkar dan Al-Hakim bin Tsabit, serta Ibnu Abdill Barr dan yang lainnya meriwayatkan dari Hisyam bin Urwah, dari Fathimah binti Al-Mundzir, Dari neneknya Asma binti Abu Bakar, “Suatu ketika Zubair mendatangi melwati sebuah majelis yang dihadiri oleh para shahabat Rasulullah Shallallahualaihi wa Sallam. Saat itu Hasan sedang membacakan syairnya di hadapan mereka. Namun mereka tidak mendengarkannya dengan antusias, maka zubair pun duduk bersama mereka, dan kemudian berkata, “Kenapa aku melihat kalian tidak memperhatikan apa yang kalian dengar dari syair Ibnu Al-Furai’ah?! Sungguh Rasulullah pernah mendengarkan syairnya dan memperhatikannya dengan baik, dan melebihkan imbalannya, serta tidak membagi perhatiannya dengan yang lain.”

Bersambung Insya Allah . . .

Artikel http://www.SahabatNabi.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.