Categories
Zubair bin Awwam

Biografi Sahabat Nabi, Zubair bin Awwam : Ilmunya Dan Hadits-Hadits yang Diriwayatkannya (Seri 9)

E. Ilmunya dan Hadits-Hadits yang Diriwayatkannya

Zubair berada di sisi Rasulullah Shallallahualaihi wa Sallam nyarus dalam seluruh masa dakwahnya, keculai beberapa waktu di mana ia berpisah dari beliau saat ia hijrah ke Habasyah. Zubair hadir dalam majelis beliau, memperhatikan sunnahnya, mendengar haditsnya, dan mendapatkan ilmu yang amat banyak darinya. Namun demikian, sedikit sekali hadits yang diriwayatkan olehnya. Ini dikarenakan oleh banyak faktor, diantaranya dia mendengar Nabi Shallallahualaihi wa Sallam bersabda, “Barangsiapa yang berdusta atas namaku secara sengaja maka hendaklah ia menempati tempat duduknya di neraka.” Maka ia berpegang kepada hadits ini, dan bersama beberapa sahabat lain menahan salah tanpa disengaja, walaupun dianggap tidak berdosa secara ijma, namun Zubair takut kalau banyaknya hadits yang diriwayatkan akan membuatnya salah pada suatu saat, sementara dia tidak menyadarinya.

Ditambah lagi bahwa dia tidak mengkhususkan dirinya untuk menyampaikan hadits atau menyebarkan ilmu. Hampir seluruh harinya dia persembahkan untuk dakwah dan jihad. Juga untuk mengurus perniagaannya dan memperhatikan urusan keluarganya. Dan tidak ketinggalan ia memberikan perhatian yang besar dalam mengurus amanah yang diwasiatkan kepadanya, yang terdiri dari anak-anak para shahabat, dan semua ini nyaris menyita seluruh waktunya.

Setiap shahabat Rasulullah Shallallahualaihi wa Sallam merupakan imam yang layak diikuti, dan perbuatan mereka adalah contoh yang layak diteladani. Mereka adalah orang-orang yang diharapkan dan mengamalkannya. Kebanyakan shahabat-shahabat besar sangat sedikit meriwayatkan hadits disbanding yang lainnya. Seperti Abu Bakar, Utsman, Thalhah, Zubair, Sa’ad bin Abi Waqqash, Abdurrahman bin Auf, Abu Ubaidah bin Al-Jarrah, dan Sa’id bin Zaid serta shahabat-shahabat besar lebih muda lainnya. Mereka ini dianggap sebagai ahli fikih dari shahabat Rasulullah Shallallahualaihi wa Sallam. Mereka hidup dengan umur yang panjang dan dibutuhkan oleh masyarakatnya. Mereka menajdi rujukan, dan tidak mungkin bagi mereka untuk menyembunyikan ilmu yang mereka dapatkan dari Rasulullah. Di samping mereka, banyak terdapat shahabat-shahabat lain yang hidup biasa tanpa menjadi rujukan bagi masyarakat. Ini dikarenakan banyaknya shahabat Rasulullah Shallallahualaihi wa Sallam. Bahkan pada perang Tabuk, Rasulullah Shallallahualaihi wa Sallam disertai oleh tiga puluh ribu orang shahabatnya.

Ahmad, Al-Bukhari, An-Nasa’I, Abu Dawud, serta Ibnu Majah dan lafazh hadits berasal darinya, meriwayatkan dari Abdullah bin Zubair, “Aku bertanya kepada Zubair, “Kepana aku tidak mendengarmu meriwayatkan hadits dari Rasulullah Shallallahualaihi wa Sallam sebagaimana aku mendengar dari Ibnu Mas’ud dan fulan, dan fulan? Ia menjawab, “Sesungguhnya aku tidak pernah berpisah dari beliau sejak aku menyatakan keislamanku, namun aku pernah mendengarnya bersabda, “Barangsiapa yang berdusta atas namaku secara sengaja maka hendaklah ia menempati tempat duduknya di neraka.”

Dalam sebuah riwayat yang panjang dari Ibnu Hibban, dari Urwah bin Zubair, ia berkata, “Abdullah bin Zubair berkata kepada ayahnya, “Wahai ayah, riwayatkanlah hadits dari Rasulullah Shallallahualaihi wa Sallam kepadaku agar aku bisa meriwayatkannya darimu. Karena putra-putra shahabat selalu meriwayatkan hadits dari ayah-ayah mereka. “Zubair berkata, “Wahai berkata, “Wahai anakku, tidak ada seorangpun yang menemani Rasulullah Shallallahualaihi wa Sallam, kecuali aku telah menemani beliau seperti itu dan bahkan lebih baik. Aku telah mendampingi beliau dengan sebaik-baiknya, dan segala puji hanya bagi Allah. Dan aku telah mendengar beliau bersabda, “Barangsiapa yang berdusta atas namaku secara sengaja maka hendaklah ia menempati tempat duduknya di neraka.”

Zubair meriwayatkan hadits dari Nabi Shallallahualaihi wa Sallam. Adapun yang meriwayatkan hadits darinya antara lain, dua putranya Abdullah bin Urwah, Abdurrahman bin Auf, Al-Ahnaf bin Qais, Al-Hasan Al-Bashri, Qais bin Abu Hazim, malik bin Aus bin Al-Hadatsan, maimun bin Mihran, dan Nafi’ bin Juabir bin Muth’im, serta yang lainnya.

 

Bersambung Insya Allah . . .

Artikel http://www.SahabatNabi.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.