Categories
Abdurrahman bin Auf

Biografi Sahabat Nabi, Abdurrahman Bin Auf : Masa Kecil, Remaja, dan Masuk Islam (Seri 1)

A. Masa Kecil, remaja, dan Masuk Islam

1. Nama, Nasab, dan julukannya, serta penggantian namanya oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.

Di mekah Al-Mukarramah yang dipili Allah untuk menjadi tempat bangunan paling suci di muka bumi (Al-Ka’bah Al-Msyarrafah), dan dengan ilmunya  yang azali dan kemuliaan-nya yang begitu agung Allah telah menetapkan bahwa dari sana akan terpancar sinar dari risalah yang paling agung yang dianugerahkan Allah kepada para hamba-Nya. Disanalah akan dibangkitkan Rasul-nya yang paling mulia Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallamuntuk memproklamirkan ajaran tauhid, dan membawakan cahaya serta kebaikan kepada seluruh dunia. Di tanah itulah hidup suku Quraisy yang mempunyai peranan penting dalam kepemimpinan di jazirah arab. Dan dengan ketetapan-nya, Allah mengutus dari kabilah tersebut seorang Rasul yang agung Shallallahu Alaihi wa Sallam. Untuk beberapa waktu mereka memeranginya, memusuhinya, menyiksanya bahkan mengusirnya. Namun setelah itu mereka pun tunduk kepada suara kebenaran. Mereka pun mengikutinya dengan kerelaan dan kebahagiaan, dan hidup dalam naungan iman dan terangkat dengan Islam. Dan kepemimpinan mereka pun semakin bertambah kokoh dengan kekuatan kebenaran dan keistimewaan agama yang mereka emban dan keistimewaan agama yang mereka emban dan kemudian mereka sebarkan kepada seluruh dunia.

Dengan bahasa merekalah Al-Qur’an diturunkan, dan mereka ditantang dengan sesuatu yang menjadi kelebihan dan kebanggaan mereka. Mereka ditantang dengan bahasa mereka sendiri untuk membuat hal yang serupa dengan Al-Qu’an. Namum mereka tidak mampu, gagal, dan kemudian tunduk menyerah dan bahkan berserah diri dengan masuk Islam. Mereka beriman dan membenarkan risalah, dan kemudian turut membawa panjinya dengan penuh kebahagiaan.

Dari suku tersebut kemudian muncullah banyak kabilah yang memperkaya keturunan Quraisy. Seperti Bani Hasyim, Bani Umayyah, Bani Taim, Bani Makhzum, Bani Adi, dan Bani Zuhrah.

Dan dari Bani Zuhrah, salah satu kabilah tersebut –seorang sahabat mulia berasal, dan kepadanya ia dinisbatkan, serta di antara merekalah ia tumbuh dan dibesarkan.

Ibnu Auf sendiri berasal dari garis keturunan ini. Dari sanalah ia berasal, dan kepadanya ia dinisbatkan, serta diantara merekalah ia tumbuh dan dibesarkan.

Jadi ia adalah Abdurrahman bin Auf bin Abdu Auf bin Abu bin Al-Harits bin Zuhrah bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay, Al-Qurasyi Az-Zuhri Al-Makki dan kemudian Al-Madani.

Ia dilahirkan di Mekah sepuluh tahun setelah tahun gajah. Ketika sinar kenabian mulai memancar ia telah berusia tiga puluh tahun. Ia lebih mudah sepuluh tahun dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, dan lebih tuga tiga tahun dari Umar bin Khaththab.

Ayahnya adalah Auf bin Abdu Auf bin Abdu bin Al-Harits Az-Zuhri, yang merupakan salah seorang tokoh terkemuka di Bani Zuhrah. Buku-buku yang merupakan salah seorang tokoh terkemuka di Bani Zuhrah. Buku-buku ejarah tidak ada yang menyinggungnya, dan kemudian ia meninggal sebelum Islam dan segala hal yang berkaitan dengannya pun turut terkubur bersamanya. Pendapat ini dikuatkan dengan fakta bahwa buku-buku sejarah telah banyak menceritakan tetnang tokoh-tokoh besar yang menjegal langkahnya. Khususnya orang tua dari tokoh-tokoh besar yang terpilih untuk mengemban risalah dakwah sejak kemunculannya, seperti Abu Ubaidah, Ibnu Auf, dan Sa’ad bin Abu Waqqash.

Ibunya adalah Asy-Syifa binti Auf Az-Zuhriyah, ia masuk islam berbai’at kepada Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, menjadi seorang shahabiya yang baik, dan mendapatkan kebahagiaan dengan keislamannya.

Sudah menjadi kebiasaan banyak orang Quraisy untuk menamakan anak-anak mereka dengan penghambaan kepada selain Allah, seperti Abdul Ka’bah (Hamba Ka’bah), Abdull Uzza, Abdu Manat, Abdu Syams, anaknya dengan Abdu Amru, Nama ini terus melekat padanya hingga dewasa. Lalu Allah menyelamatkannya dengan Islam, dan ia pun mempersembahkan ketaatannya kepada Allah di hadapan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, dan menyetakan keimanan terhadap apa yang dibawanya. Allah memuliakan Ibnu Auf dengan nikmat-nya, dan memberinya keutamaan dengan mengilhamkan kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam untuk mengganti nama-nama yang jelek atau nama-nama yang membawa makna penghambaan kepada selain Allah Ta’ala. Maka ia pun menghapus nama jahiliyah tersebut dari ingatan yang baru. Ia pun menghiasa dirinya dengan salah satu nama yang paling disukai oleh Allah, dan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pun memberinya nama baru Yaitu Abdurrahman.

Dalam sebuat hadits shahih yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dan yang lainnya, dari Aisyah Radhiyallahu Anha berkata, “Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengubah nama yang jelek dengan nama yang bagus.”

Dan juga yang diriwayatkan oleh Muslim, Abud Dawud, At-Tirmidzi, dan Ibnu Majah, dari Ibnu Umar, “Bahwasanya seorang putri Umar bernama Ashiyah (yang bermaksiat), maka Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menamakannya dengan jamilah (cantik).

Dalam sebuah hadits shahih lain yang diriwayatkan oleh Al-Hakim dan Al-Baihaqi dalam kitab Syu’abuk Iman, dari Aisyah berkata, “Ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam sedang berada bersamaku, datanglah seorang nenek. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berkata kepadanya, “Siapakah engkau?” ia berkata, “Aku Jatstsamah Al-Muzaniyah”, maka beliau berkata, “Engkau adalah Hassanah Al-Muzaniyah. Bagaimana kalian? Apakabar kalian? Bagaimana kalian setelah kami?” ia menjawab, “Demi Allah, baik Rasulullah.” Ketika ia telah pergi aku berkata, “Wahai Rasulullah, kenapa engkau menyambut nenek tersebut sedemikian rupa?!” Beliau menjawab, “Dia sering mendatangi kami sejak masa Khadijah, dan menghargai masa lalu adalah sebagian dari iman.”

Ini adalah salah satu di antara sikap beliau yang terpuji dan sungguh seluruh yang beliau lakukan adalah terpuji dan juga ajaran beliau yang mulia. Juga salah satu bentuk dari kecintaan beliau kepada shahabat-shahabatnya serta harapan beliau akan kebaikan bagi mereka.

Salah satu bentuk lainnya adalah ketika beliau mengganti Abdu Amru, dan beliau menamakannya dengan salah satu nama yang paling disukai oleh Allah. Diriwayatkan oleh Muslim, Abu Dawun, dan At-Tirmidzi dari Abdullah bin Umar berkata, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berkata, “Dulu pada masa jahiliyah namaku adalah Amru, kemudian Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam menamakanku Abdurrahman.”

Diriwayatkan oleh Al-Hakim dan dishahihkannya serta disetujui oleh Adz-Dzahabi, dari Ibrahim bin Sa’ad bin Ibrahim bin Abdurrahman berkata, Ayahku bercerita kepadaku, dari ayahnya, dari Abdurrahman bin Auf berkata, “Dulu pada masa jahiliyah namaku adalah Abdu Amru, kemudian Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam menamakanku Abdurrahman.”

Abdurrahman mempunyai julukan Abu Muhammad, dan dengan inilah ia dikenal dan di panggil oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan para shahabat.

Bersambung Insya Allah . . .

Artikel http://www.SahabatNabi.com

One reply on “Biografi Sahabat Nabi, Abdurrahman Bin Auf : Masa Kecil, Remaja, dan Masuk Islam (Seri 1)”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.