Categories
Abu Ubaidah

Biografi Sahabat Nabi, Abu Ubaidah : Mujahid Terpercaya, Penakluk Wilayah Syam (Seri 14)

F. Mujahid Terpercaya, Penakluk Wilayah Syam

6. Abu Ubaidah meneruskan penaklukannya di negeri Syam

Umar menerima tugas kekhalifahan dengan tekad untuk meneruskan penaklukan kea rah Syam dan Irak, serta menggedor kerajaan Persia dan Romawi untuk menyebarkan risalah Islam kepada kulit merah dan hitam. Ia mengangkat Al-Amin Abu Ubaidah untuk memimpin pasukan ke Syam, dan menugaskan banyak singa perang dan macan jihad serta tokoh-tokoh penakluk yang cerdas untuk tetap mendampinginya dan membantunya dengan ide-ide serta pengalaman mereka. Dan yang terdepan tentunya seorang tokoh yang jenius dalam taktik perang dan merupakan pedang Allah dan pahlawan Islam yaitu Khalid bin Walid.

Dari Shalih bin Kaisan berkata, “Surat pertama yang ditulis Umar setelah ia diangkat menjadi khalifah adalah suratnya kepada Abu Ubaidah yang mengangkatnya sebagai pemimpin atas pasukan Khalid, “Aku berwasiat kepadamu untuk bertakwa kepada Allah yang kekal dan selain-Nya akan musnah, yang telah member kita hidayah dari kesesatan, dan mengeluarkan kita dari kegelapan menuju cahaya. Aku telah mengangkatmu atas pasukan Khalid, maka lakukanlah tugasmu atas mereka sebagaimana hak yang ada padamu. Janganlah engkau dorong kaum muslimin kepada kehancuran demi mengharapkan harta rampasan perang, dan janganlah engkau bawa mereka kepada suatu tempat sebelum engkau memeriksanya sehingga engkau mengetahui tempat kedatangan kalian. Dan janganlah engkau mengirim ekspedisi militer kecuali dengan jumlah yang banyak. Dan jangan sekali-kali mendorong mereka kepada kehancuran. Allah telah mengujimu denganku dan Ia mengujiku denganmu. Tutuplah matamu dari dunia, dan hilangkanlah hatimu darinya. Jangan sampai engaku dibinasakan oleh apa yang telah membinasakan orang-orang sebelummu, sungguh engkau telah menyaksikan apa yang menimpa mereka.”

Lalu Umar memerintahkan mereka untuk bergerak menuju Damaskus.

7. Penaklukan Damaskus

Ketika Abu Ubaidah berangkat dari Yarmuk dan membawa pasukannya beristirahat di Marjush Shuffar (daerah luas yang terletak 37 Km diselatan Damaskus), sementara ia telah bertekad untuk mengepung Damaskus, tiba-tiba ia mendapat berita tentang kedatangan bala bantuan Romawi dari kota Himsh, dan ia juga mendapat berita tentang berkumpulnya sejumlah besar pasukan Romawi di kota Fihil (Fihil terletak memanjang kea rah timur dari sungai Yordania. Fihil berbatasan dengan suangai Zarqa diarah selatan dan dengan sungai Yarmuk di arah utara. Pada saat sekarang hanya tinggal puing-puing belaka) yang berada di Pelestina. Ia tidak tahu harus mendahulukan yang mana, maka ia segera menulis surat kepada amirul mukminin Umar tentang itu. Jawaban dari Umar segera tiba, yang isinya:

“Mulailah dari Damaskus karena ia merupakan benteng Syam dan pusat kerajaan mereka, maka berjuanglah dari sana. Alihkanlah perhatian pasukan mereka yang di Fihil dengan mengirim pasukan berkuda menghadapi mereka. Jika Allah memenangkan mereka sebelum Damaskus maka itulah yang kita harapkan. Dan jika Damaskus lebih dahulu ditaklukan maka berangkatlah engkau dengan pasukan yang bersamamu ke sana, dan tunjuklah seseorang untuk memimpin Damaskus. Dan jika kemudian Allah membukakan Fihil bagi kalian, maka berangkatlah engkau Khalid menuju Himsh dan tinggalkan Amr dan Syurahbil untuk Jordania dan Palestina.”

Maka Abu Ubaidah mengirim pasukan ke kota Fihil untuk mengalihkan perhatian mereka sebagaimana yang diperintahkan oleh Umar, lau ia juga mengirim pasukan untuk berjaga diantara Damaskus dan Palestina, dan ia juga mengirim Dzul Kala’ Al-Himyari dengan pasukan untuk menjaga diantara Damaskus dan Himsh, guna mencegah datangnya bantuan dari pihak Heraklius.

Kemudian Abu Ubaidah berangkat dari Marjush Shuffar menuju Damaskus. Ia menunjuk Khalid bin Walid di jantung pertahanan, sementara Abu Ubaidah dan Amr bin Ash memimpin kedua sayap. Iyadh binGhanim memimpin pasukan berkuda, dan Syurahbil bin Hasanah memimpin pasukan pejalan kaki. Mereka pun sampai di Damaskus yang dipimpin oleh Nisthas. Khalid bersama pasukannya turun digerbang Timur dan juga mengusai gerbang Kisan. Abu Ubaidah turun di gerbang Al-Jabiyah besar, sementara Yazid bin Abi Sufyan turun digerbang Al-Jabiyah kecil. Lalu Amr binAsh dan Syurahbil bin Hasanah menguasai gerbang-gerbang kota lainnya. Mereka pun menghujani kota dengan meriam. Abu Ubaidah juga telah menugaskan Abu Darda’ bersama sebuah pasukan untuk berjaga di Barzah yang bertugas menjaga jalan, begitu juga yang menghubiungkan antara Himsh dan Damaskus. Mereka mengepung kota Damaskus dengan sangat ketat selama tujuh puluh malam. Penduduk Damaskus bertahan mati-matian menghadapi mereka, dan mengirim utusan ke raja mereka Heraklius yang bermukim di Himsh untuk meminta bantuan. Namun bantuan tersebut tidak musngkin bias melewati Dzul Kala’ yang berjaga di jalan antara Himsh dan Damaskus dengan pasukannya dengan perintah langsung dari Abu Ubaidah. Ketika penduduk Damaskus merasa yakin bahwa bala bantuan takkan pernah datang, mereka menjadi semakin putus asa, lemah serta kebingungan. Sementara kaum muslimin menjadi semakin kuat dan menambah ketatnya pengepunngan.

Musim dingin pun datang, serangan dingin yang menyengat semakin memperburuk keadaan dan perang semakin sulit. Pada malam-malam musim dingin tersebut Allah mentakdirkan kelahiran bayi dari komandan Romawi di Damaskus. Maka ia pun mengadakan jamuan makan dan minum, setelah makan, minum, dan keletihan, mereka bermalam di rumah sang komandan pada malam itu. Hal ini dimanfaatkan dengan baik oleh komandan perang Khalid (yang tak pernah tidur dan tak membiarkan seseorang tidur), ia terus menerus memonitor keadaan mereka siang dan malam, dan ia juga mempunyai banyak mata-mata yang melaporkan langsung kegiatan musuh tiap pagi dan petang. Maka ketika ia melihat peluang pada malam itu, dan tidak ada seorang pun yang menjaga benteng, ia menggunakan tali berbentuk tangga dan tali bersimpul laso yang telah disiapkan sebelumnya. Maka bersama shahabat-shahabatnya yang terdiri dari pejuang-pejuang tangguh seperti Qa’qa’ bin Amru dan Madz’ur bin Adi, ia bergerak untuk memanjat benteng kota. Sebelumnya ia berkata kepada pasukannya yang telah ia kumpulkan di depan gerbang, “Jika kalian mendengar takbir kami, maka naiklah mengikuti kami.” Setelah itu ia bangkit dan bersama para shahabatnya ia menyebrangi parit dengan berenang dengan cara menggantungkan wadah di tabung mereka. Kemudian mereka melemparkan tali-tali tersebut dengan mengikatkan atasnya kepada bagian beranda benteng dan memastikan bagian bawahnya berada di luar parit. Lalu mereka pun mulai memanjatnya. Setelah mereka sampai di atas, mereka memekikkan takbir yang kemudian diikuti dengan serbuan pasukan muslimin yang ikut menaiki tangga-tangga tersebut. Bersama para shahabatnya yang pemberani, Khalid menyerbu para penjaga gerbang dan berhasil membunuh mereka. Khalid dan para shahabatnya memotong penutup gerbang dengan pedang mereka, dan berhasil membuka pintu gerbang. Segera setelah pasukan Khalid menyerbu masuk melalui gerbang timur.

Penduduk kota yang mendengar takbir kaum muslimin segera menjadi panic dan kebingungan. Mereka pun menawarkan perdamaian kepada kaum muslimin. Namun Khalid dan pasukannya telah berhasil menaklukkan sebagian kota dengan kekerasan, sementara Abu Ubaidah dan yang lainnya memasukinya dengan damai. Akhirnya mereka sepakat untuk menjadikan separuh Damaskus sebagai zona damai, dan separuh lainnya sebagai zona perang.

8. Perang Fihil dan penaklukannya

Setelah penaklukan Damaskus, Abu Ubaidah menugaskan Yazid bin Abi Sufyan untuk tetap berada di sana, dan ia sendiri berangkat menuju Fihil. Dan ia menugaskan Syurahbil bin Hasanah untuk memimpin orang-orang yang berada di Al-Ghaur. Abu Ubaidah pun berangkat. Bagian depan dipimpin Khalid bin Walid, Abu Ubaidah memimpin sayap kanan, Amru bin Ash di sayap kiri, Dhirar bin Al-Azwar memimpin pasukan berkuda, dan pasukan pejalan kaki dipimpin oleh Iyadh bin Ghanim. Mereka tiba di Fihil –yang merupakan salah satu desa di Al-Ghaur- dan mereka mendapati pasukan Romawi telah sampai kea rah Baisan (wilayah yang ada di Palestina dan terletak disebelah selatan danau Tiberia dengan jarak 6 Km dari pinggir sungai Yordania) dan mereka berhasil memancarkan air dari bendungan Baisan sehingga mengaliri tanah-tanah yang ada di sana dan membanjirinya sehingga tanah tersebut dipenuhi lumpur. Air dan lumpur itulah yang menjadi penghalang antara pasukan kaum muslimin dan pasukan Romawi. Kaum muslimin mengirim surat kepada Umar untuk mengabarkannya tentang taktik dan perlawanan musuh mereka, juga siasat yang digunakan oleh pasukan Romawi saat itu. Hanya saja pasukan muslim berada dalam posisi yang nyaman, dengan perlengkapan dan persediaan yang banyak, dan mereka sendiri telah siap untuk menghadapi pertempuran.

Pasukan Romawi mengira bahwa kaum muslimin berada pada posisi lengah. Maka suatu malam mereka mengadakan serangan mendadak dengan dikepalai oleh Saqallar bin Mikhraq. Mereka menyerang kaum muslimin dan disambut dengan sebuah serang yang serentak oleh pasukan kaum muslimin yang selalu berada dalam posisi siap siaga. Mereka menyambut serangan pasukan Romawi hingga pagi dan dilanjutkan satu hari penuh hingga malam. Saat malam tiba, pasukan Romawi melarikan diri dan komandan mereka (Saqallar) berhasil dibunuh. Pasukan kaum muslimin terus menyerang mereka hingga mereka terdesak ke sungai berlumpur yang mereka ciptakan sendiri. Di sana Allah menenggelamkan mereka dan kaum muslimin berhasil membunuh hamper delapan puluh ribu orang dengan tombak mereka. Tidak ada yang selamat kecuali mereka yang cacat, dan kaum muslimin berhasil mendapatkan harta rampasan yang sangat banyak.

Kemudian Abu Ubaidah dan Khalid bin Walid beserta seluruh pasukan mereka terus bergerak menuju Himsh sebagaimana yang diperintahkan Amirul mukminin Umar. Abu Ubaidah menunjuk Syurahbil bin Hasanah untuk Yordania, dan Syurahbil pun bersama Amr bin Ash bergerak menuju Baisan dan mengepungnya. Penduduk Baisan menyambut kedatangan mereka dan bertempur sehingga banyak di antara mereka yang terbunuh. Pada akhirnya mereka menawarkan perdamaian sebagaimana yang dicapai di Damaskus.

9. Penaklukan Himsh, Hamat, Aleppo, dan kota-kota lainnya

Abu Ubaidah berangkat bersama Khalid bin Walid dengan pasukan kaum muslimin dari Fihil menuju Himsh. Di dalam perjalanan mereka bertemu dengan pasukan Romawi, dimana Heraklius mengirim seorang komandan yang bernama Tudzara dengan membawa pasukan. Mereka turun di padang rumput Damaskus dan bagian baratnya. Saat itu musim dingin telah datang. Maka Abu Ubaidah memutuskan untuk menghadapi pasukan tersebut. Namun kemudian datang seorang komandan lain dari Romawi yang bernama Syanes dengan pasukan besar dan Abu Ubaidah pun menghadapinya sehingga ia harus melupakan Tudzara. Tudzara sendiri bergerak ke Damaskus untuk merebuntnya dari Yazid bin Sufyan. Melihat ini, Khalid segera mengikuti pasukan Tudzara ke Damaskus. Yazid bin Sufyan menghadapi pasukan tersebut dan terjadilah pertempuran di anatara mereka. Saat perang berlangsung, Khalid tiba dengan pasukannya dan segera memukul mereka dari bagian belakang, sementara Yazid menbabat mereka dari depan hingga berhasil menghancurkan mereka dan tidak ada yang selamat kecuali mereka yang menderita cacat. Khalid berhasil membenuh Tudzara dan mereka mendapat harta rampasan yang besar dan membaginya. Setelah semua selesai, Yazid kembali ke Damaskus, sementara Khalid kembali bergabung dengan Abu Ubaidah. Ia mendapatinya tengah menghadapi pasukan Syanes di padang rumput Romawi. Maka ia pun memeranginya dalam sebuah pertempuran yang dahsyat dan Abu Ubaidah berhasil membunuh Syanes. Padang tersebut dipenuhi oleh korban tewas dari pasukan Romawi hingga tanah menjadi busuk oleh mayat-mayat mereka. Banyak di antara mereka yang melarikan diri, dan kaum muslimin terus mengejar hingga kota Himsh.

Abu Ubaidah meneruskan perjalanannya menuju Himsh, dan ia memilih jalan melewati Ba’labak dimana penduduknya meminta perlindungan. Ia pun member mereka perlindungan dan membuat perjanjian damai. Kemudian ia meneruskan perjalanannya hingga sampai di Himsh bersama Khalid. Mereka segera mengepungnya dengan sangat ketat, dan itu terjadi pada saat musim dingin begitu menusuk. Para penduduk kota tetap bertahan dan berharap kaum muslimin akan terusisr oleh kejamnya musim dingin. Namun kaum muslimin memilih untuk sabar dengan kesabaran yang luar biasa dan semakin memperketat pengepungan mereka. Hingga kemudian penduduk kota terpaksa menyerah dan mengikat perjanjian damai dengan kaum muslimin sebagaimana yang dilakukan oleh penduduk Damaskus, menyerahkan setengah wilayah mereka dan membayar pajak atas tanah mereka, serta membayar jizyah (upeti) atas setiap kepala sesuai dengan kemampuan ekonomi masing-masing. Kemudian Abu Ubaidah mengirim seperlima dari harta rampasan perang sekaligus berita kemenangan mereka kepada Umar melalui Abdullah bin Mas’ud. Abu Ubaidah menetapkan pasukan besar di Himsh bersama dengan beberapa komandan termasuk diantaranya Bilal dan Miqdad. Abu Ubaidah juga memberitahu Umar bahwasannya Heraklius telah menyeberang menuju Jazirah, dan terkadang ia terlihat, lalu ia kemabali menghilang. Maka Umar memerintahkannya untuk bermukim di negerinya.

Setelah penaklukan kota Himsh, Abu Ubaidah mengirim Khalid bin Walid menuju Guensrin (daerah yang terletak 25 Km di selatan kota Aleppo). Ketika tiba di Hadhir, ia diserang oleh pasukan Romawi yang dipimpin oleh Minas, dan ia adalah salah seorang panglima Romawi yang terbesar setelah Heraklius. Mereka bertempur di Hadhir, dan Minas beserta pasukannya berhasil dihancurkan dengan telak.

Khalid meneruskan perjalanannya hingga tiba di Guensrin. Melihat kedatangan Khalid, penduduknya memilih untuk mempertahankan diri. Maka Khalid berkata kepada mereka, “Sesungguhnya jika kalian berada di awan sekalipun, niscaya Allah akan membawa kami kepada kalian, atau menurunkan kalian kepada kami!” dan ia terus menekan mereka hingga akhirnya Allah memberikan kemenangan bagi mereka.

Abu Ubaidah memberitahukan kemenangan ini kepada Umar, dan ia juga menceritakan apa yang dilakukan oleh Khalid dan kata-kata yang ia ucapkan kepada penduduk Guensrin. Maka Umar mengungkapkan perkataannya yang diingat sepanjang masa, “Sungguh Khalid telah mengangkat dirinya sendiri, semoga Allah merahmati Abu Bakar, sungguh dia adalah orang yang lebih mengetahui sifat dan karakter orang-orang dari padaku.”

Khalid berhasil menorehkan sebuah catatan baru dalam catatan sejarahnya yang gemilang. Dan ia mendapatkan pengakuan langsung dan pujian dari Amirul mukminin yang mengembalikan kebenaran kepada tempat yang selayaknya dalam lembaran sejarah, dan sekaligus mementahkan riwayat-riwayat palsu yang mengotori sejarah Islam.

Kemudian Abu Ubaidah terus bergerak menuju Hamat dan disambut dengan damai oleh penduduknya. Maka ia membuat perjanjian damai dengan mereka dengan syarat jizyah dan membayar pajak atas tanah mereka. Lalu ia terus menuju Syaizar, ia pun disambut oleh penduduknya yang meminta penjanjian damai yang sama dengan yang di dapatkan oleh penduduk Hamat. Dan ia melanjutkan perjalanan menuju Ma’arrah An-Nu’man, dan penduduknya pun meminta perjanjian damai yang sama dengan penduduk Himsh.

Ketika Abu Ubaidah selesai dari Guensrin, ia segera bergerak menuju Aleppo, dan mendapat berita bahwa penduduk Guensrin membatalkan perjanjian damai dan berkhianat. Maka ia mengutus As-Simth bin Amru Al-Kindi dan kembali menaklukkannya.

Ketika sampai di Hadhir Aleppo, ia mengikat perjanjian damai dengan beberapa kabilah arab yang bersedia membayar jizyah, dan tak lama kemudian mereka pun masuk Islam. Ketika sampai di Aleppo, penduduknya memilih untuk bertahan, namun tak lama kemudian mereka pun mengajukan perdamaian dan meminta perlindungan keselamatan untuk diri mereka dan anak-anak mereka, juga untuk kota, gereja, dan benteng mereka. Dan mereka memperoleh apa yang mereka minta.

Setelah itu Abu Ubaidah bergerak menuju Antiokhia. Di sana terdapat banyak pasukan yang berlindung termasuk yang berasal dari Guensrin dan kota lainnya. Maka Abu Ubaidah mengepung kota tersebut dari segala penjuru hingga mereka terpaksa mengajukan damai dengan pilihan mengkosongkan kota atau membayar jizyah. Sebagian ada yang memilih meninggalkan kota, dan sebgian lainnya memilih bertahan dan mendapat jaminan keamanan.

Lalu Abu Ubaidah menerima berita bahwa pasukan Romawi telah berkumpul di sebuah tempat diantara Ma’arrah Mashrin dengan Aleppo. Maka ia pun datang dan memerangi mereka. Ia berhasil menaklukkan Ma’arrah Mashrin dengan perjanjian yang sama dengan perjanjian Aleppo.

Pasukan berkudanya terus bergerak hingga sampai di Buqa, dan berhasil menaklukkan desa-desa Al-Jumah, Sarmin, Martahwan, Tizin, dan menaklukkan seluruh wilayah Guensrin dan Antiokhia.

Kemudian Abu Ubaidah terus menuju Qurus, dan membuat perjanjian damai seperti yang ia buat di Antiokhia. Lalu ia mengirim pasukan berkudanya sehingga berhasil menguasai seluruh wilayah Qurus dan menaklukkan Tal Azza. Kemudian ia juga menaklukkan Manbij, Duluk, dan Ra’ban dengan jalan damai. Ia memberikan syarat kepada penduduknya untuk memberitahu kaum muslimin berita tentang Romawi. Sat masih berada di Manbij, ia mengutus Khalid ke Mar’asy yang berhasil menaklukkannya dengan mengusir penduduknya, sebagaimana ia juga menaklukkan benteng Al-Hadats.

Abu Ubaidah meneruskan penaklukannya hingga tiba di Arajin. Ia memerintahkan pasukan depannya untuk terus menuju Balis, dan mengirim Habib bin Maslamah menuju Qashirin (Semua nama kota, desa dan benteng yang telah disebutkan di atas berada di Syria bagian utara dan barat laut). Ia berhasil mengusir sebagian besar penduduknya. Abu Ubaidah memilih untuk bermukim di Balis sebagai pasukan pelindung, dan menugaskan sekelompok pasukan untuk tetap berada di Qashirin, hingga ia mencapai sungai Eufrat.

Dengan demikian Abu Ubaidah telah menyelesaikan penaklukakkan tanah Syam, dan pada setiap wilayah yang ditaklukkan ia menunjuk seorang gubernur, dan menugaskan sekelompok lainnya yang mempunyai keahlian di bidang administrasi untuk membantu para gubernur tersebut dalam mengurus wilayahnya tersebut. Kemudian ia sendiri kembali ke Palestina.

Sebelum menuju Baitul Maqdis ia menugaskan Ubadah bin Ash-Shamit untuk memimpin Himsh, maka Ubadah mendatangi Al-Ladziqiyyah dan berhasil menaklukannya. Ia juga menaklukkan kota-kota dan desa-desa yang terletak di pesisir Syria seperti Jabalah, Tharthus, dan yang lainnya.

Korespodensi anatar para komandan pasukan terus berlangsung. Mereka saling bertukar pengalaman militer, dan saling menasehati dalam memberikan yang terbaik bagi kaum muslimin serta bagi penduduk wilayah-wilayah yang mereka taklukkan dan tentang penyebaran dakwah disana. Dan mereka selalu mendahulukan pendapat dari Abu Ubaidah. Abu Ubaidah sendiri terus berhubungan dengan Amirul mukminin Umar. Ia senantiasa mengirim surat-surat untuk meminta pendapat dan arahannya, atau memberitahunya tentang peristiwa-peristiwa yang sedang terjadi, juga member gambaran tentang keadaan wilayah yang ditaklukkan dan penduduknya, serta untuk mengabarkannya tentang penaklukan-penaklukan yang telah dicapai. Umar pun terus mengirim nasihat dan arahan-arahannya dalam pengiriman pasukan dan penunjukkan panglima-panglima besar dalam misi yang sulit. Khususnya Khalid bin Walid karena kedudukan yang dimilikinya di sisi khalifah dan para komandan lainnya, serta kedudukannya di hati para mujahidin secara umum. Dan juga sebagai penghargaan atas berbagai pretasinya dalam penaklukan-penaklukan yang telah dilakukannya serta kejeniusannya dalam strategi perang.

Di antara surat-surat tersebut adalah yang ditulis oleh Amr bin Ash kepada Abu Ubaidah yang meminta perintah langsung darinya:

Bismillahirrahmanirrahim, Amma Ba’du, sesungguhnya Romawi telah terguncang oleh penaklukkan Damaskus dan Himsh sehingga mereka memusatkan kekuatan mereka di perbatasan Yordania dan Pelestina. Mereka saling berjanji bahwa tidak akan kembali kepada para wanita dan anak-anak mereka hingga mereka berhasil mengusir orang-orang arab dari tanah mereka. Dan Allah akan mendustakan kata-kata dan harapan mereka. Allah tidak akan memberikan jalan bagi orang-orang kafir untuk mengalahkan orang-orang yang beriman. Maka tulislah pendapatmu kepadaku tentang hal ini. Semoga Allah memberikan petunjuknya dalam urusanmu serta mencerahkan pikiranmu. Wassalamu alaika warahmatullah(Di dalam kitab-kitab tentang penaklukan dan sejarah, banyak di cantumkan surat dan tulisan tersebut. Muhammad Hamidullah mencantumkan banyak surat berharga di dalam kitabnya Majmu’ Al-Watsaiq As-Siyasiyah Lil Ahdi An-Nabawi Wa Al-Khalifah Ar-rasyidah).

Di saat Abu Ubaidah tengah berusaha untuk menyelesaikan penaklukan Syria, pada saat yang bersaam Amr bin Ash berusaha menaklukkan Palestina. Kemudian Abu Ubaidah bergabung dengannya dan mereka bersama-sama mengepung Iliya –yaitu Baitul Maqdis- hingga akhirnya penduduknya meminta Abu Ubaidah untuk membuat perjanjian damai sebagaimana yang diperoleh oleh penduduk Syam, dan agar Umar bin Khaththab sendiri yang menandatangani perjanjian tersebut. Maka Abu Ubaidah pun mengirim surat kepada Umar tentang permintaan tersebut.

Bersambung Insya Allah . . .

Artikel http://www.SahabatNabi.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.