A. ASAL-USUL DAN GAMBARAN FISIK UTSMAN SERTA KEISLAMANNYA
1. Nama, nasab, dan gambaran fisiknya
Di Mekah Al-Mukarramah tempat berdirinya Ka’bah yang mulia, kabilah Quraisy menempati posisi penting dan terhormat di Jazirah Arab karena mereka mengemban tanggungjawab pengurusan Ka’bah, tempat yang senantiasa di kunjungi oleh manusia dari berbagai penjuru. Enam tahun setelah peristiwa penyerangan tentara gajah, lahirlah Utsman bin Affan bin Abil Ash bin Umayyah bin Abdi Syam bin Abdi Manaf bin Qushay Al-Qurasyi Al-Umawi.
Ayahnya Affan bin Abil Ash meninggal dunia pada masa jahiliyah dan tidak sempat mengenal Islam. Sedangkan ibunya Arwa binti Quraiz bin Rabi’ah, putri dari Ummu Hakim Al-Baidha’ binti Abdul Muththalib, bibi Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam.
Arwa sempat memeluk Islam, ikut hijrah ke Madinah dan ikut berbai’at kepada Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam. Dia menetap di Madinah Al-Munawwarah hingga wafat pada masa kekhalifahan putranya, Utsman.
Utsman memiliki perawakan sedang, tidak terlalu tinggi dan tidak pula terlalu pendek. Parasnya tampan, kulitnya tipis, gigi depannya rapi, hidungnya mancung, janggutnya tebal, berkulit sawo matang, berbadan kekar, betisnya besar, lengannya panjang dan berbulu lebat, rambutnya tebal, suka mewarnai janggutnya, dan memakai gigi emas.
Akhalaknya mulia, sangat pemalu, dermawan, senantiasa berkata jujur, dan selalu menjaga lisan. Abdullah bin Umar berkata, “Tiga orang dari suku Quraisy yang memiliki wajah paling tampan, akhlak paling bagus, paling pemalu, jika berbicara tidak berbohong dan jika engkau bicara maka mereka tidak mendustakanmu, adalah Abu Bakar, Utsman bin Affan, dan Abu Ubaidah bin Al-Jarrah Radiyallahu ‘Anhum.”
2. Keislaman Utsman dan kesulitan yang dihadapinya
Utsman hidup di tengah-tengah gelombang kemusyrikan dan penyembahan berhala. Dalam situasi seperti itu, dia melihat sinar yang dibawa oleh Muhammad bin Abdullah Shallallahu Alahi wa Sallam. Maka dia pun cenderung untuk melepaskan diri dari keburukan Jahiliyah, sesembahan, dan kebiasaannya. Utsman pun berpaling kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alahi wa Sallam, dan dia menemukan pada diri beliau berbagai keutamaan dan kemuliaan yang tidak ada duanya, serta derajat yang sangat tinggi dalam hal kejujuran, baik pada dirinya, ucapannya, maupun pergaulannya dengan orang lain.
Takdir Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memiliki sekelompok orang dari kaum Quraisy untuk menjadi pahlawan akidah ilahiyah dan meletakkan pondasi dakwah yang penuh berkah. Utsman bin Affan merupakan salah seorang yang dipilih oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk bergabung pada barisan para penolong Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam. Mereka beriman pada beliau, menolongnya, memperkuat kedudukannya, berjihad bersamanya, dan ikut menanggung beban risalah di hari-hari pertama kemunculannya.
Ketika Abu Bakar As-Shiddiq masuk Islam, dia segera mengajak orang-orang pilihan dari penduduk Mekah untuk ikut masuk Islam. Maka dia berkata kepada Utsman, “Ini adalah Muhammad bin Abdullah, telah diutus oleh Allah untuk menyampaikan risalah-Nya kepada seluruh makhluk-Nya. Apakah engkau ingin menemuinya dan mendengar sesuatu darinya?”
Tanpa berfikir panjang Utsman langsung mengiyakan. Keduanya lalu berangkat menemui Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam. Sesampainya di sana Abu Bakar pun berbicara kepada Rasulullah Shallallahu Alahi wa Sallam tentang maksud kedatangan Utsman. Maka beliau menghadapkan wajahnya ke Utsman dan berkata kepadanya, “Wahai Utsman, penuhi panggilan Allah untuk masuk ke dalam surga-Nya, Sesungguhnya saya adalah utusan Allah kepadamu dan kepada seluruh makhluk-Nya.”
Utsman berkata, “Demi Allah, ketika saya mendengar ucakan beliau, saya tidak bisa mengelak untuk masuk Islam. Saya langsung bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan sesungguhnya Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.”
Utsman pun bergabung ke dalam barisan orang-orang yang beriman pada permulaan diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu Alahi wa Sallam. Dia termasuk salah satu dari delapan orang yang paling pertama masuk Islam, membenarkan Rasulullah dan beriman kepada apa yang dibawanya dari sisi Allah.
Ketika kaum Quraisy mengetahui kelompok yang beriman tersebut, mereka lantas berusaha untuk menimpakan siksaan dan tekanan kepada mereka. Utsman pun mendapat bagian dari tekanan tersebut, sesuai dengan kedudukannya di kalangan kaum Quraisy. Yang bertindak dalam urusan menyiksa Utsman adalah pamannya Al-Hakam bin Abil Ash bin Umayyah. Dia mengikat Utsman dengan rantai dan tali lalu berteriak di wajahnya, “Apakah engkau meninggalkan agama nenek moyangmu dan beralih ke agama baru? Demi Allah saya tidak akan melepasmu selamanya sampai engkau meninggalkan apa yang engkau anut dari agama ini.”
Namun Umar menjawab dengan penuh keyakinan dan keteguhan hati, “Demi Allah, saya tidak akan meninggalkannya dan tidak akan berpisah darinya.”
Ketika Al-Hakam melihat bagaimana kerasnya hati Utsman dalam mempertahankan agamanya, diapun melepaskan Utsman.
Bersambung Insya Allah . . .
Artikel www.SahabatNabi.com