Categories
Abdurrahman bin Auf

Biografi Sahabat Nabi, Abdurrahman Bin Auf : Keutamaannya dan Jaminan Surga Untuknya (Seri 12)

E. Keutamaannya dan Jaminan Surga Untuknya

Allah Subhanahu wa Ta’ala memuliakan shahabat yang mulia ini, Abu Muhammad, dengan berbagai kemuliaan dan menghiasinya dengan banyak keutamaan dan kelebihan yang tinggi, serta memberinya banyak kabar gembira yang berharga.. Allah membukakan jalan baginya untuk beriman dan membernarkan Nabi-Nya Shallallahu Alaihi wa Sallamsejak beliau memproklamirkan dakwahnya dan menyeru manusia untuk menyembah Allah serta mencampakkan semua sekutu selainnya. Maka Abdurrahman merupakan salah seorang yang paling pertama memeluk Islam. Ini merupakan inti dari segala keutamaan dan tonggak dari segala kemuliaan yang melandasi sebuah ikatan yang sangat kuat. Dan kemudian memberinya peluang untuk melakukan berbagai kiprah yang terpuji, dan memahkotainya dengan banyak kontribusi yang mulia sepanjang lebih dari dua puluh tahun yang dilewatinya bersama Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, dan juga sebelas tahun setelah kepergian beliau.

Ibnu Auf Radhiyallahu Anhu termasuk kelompok yang pertama yang membentuk sebuah komunitas penuh berkah yang terdiri dari orang-orang yang beriman sebelum masuknya Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam ke rumah Al-Arqam bin Abu Al-Arqam. Dan juga diantara mereka yang merupakan dua kali hijrah, yaitu ke Habasyah dan Madinah, dan dikeluarkan dari negeri mereka serta harta-harta mereka karena membela Allah dan Rasul nya Shallallahu Alaihi wa Sallam. Ia juga ikut dalam perang Badar. Dan d antara mereka yang melakukan Bai’atur Ridhwan yang telah diridhai oleh Allah. Dia juga salah seorang dari sepuluh shahabat yang dijamin masuk surge oleh Rasulullah dalam satu hadits. Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah shalat di belakangnya. Dan saat beliau wafat, beliau dalam keadaan ridha kepadanya. Ia termasuk diantara enam anggota majelis syura yang diwasiatkan Umar untuk dipilih menjadi khalifah. Salah seorang tokoh besar yang memperhatikan istri-istri Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam setelah wafatnya beliau. Dan ia juga terhitung di antara mereka yang menghabiskan harta mereka untuk berinfak dan bersedekah serta mempersiapkan mujahidin untuk berbagai penaklukan. Serta di antara mereka yang paling dikenal dalam memerdekakan para budak dan membebaskan mereka karena Allah.

Kumpulan keistimewaan dan keutamaan ini, yang baisanya tersebar di banyak individu, semuanya terkumpul pada diri Abdurrahman bin Auf Radhiyallahu Anhu.

1. Keistimewaan dan Keutamaannya

Keistimewaan yang pertama adalah termasuk di antara orang yang terdahulu masuk Islam, keimanannya yang tulus kepada Allah, mengikuti Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dalam kondisi dakwah yang terberat sekalipun, dan ketabahannya dalam menanggung berbagai siksaan demi agama dan akidahnya. Maka ia, dan orang-orang sepertinyalah yang dimaksudkan oleh Allah dalam firmannya, “Dan orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah. Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang agung.”128

Ini adalah sebuah janji yang pasti dan jelas yang menjamin surga bagi para shahabat mulia tersebut, yang telah lebih dahulu memeluk agama yang baru, dan terus berjuang untuknya. Hingga ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam wafat, beliau dalam keadaan ridha kepada mereka, dan mereka pun kemudian menemui Tuhan mereka dengan mempertahankan janji yang telah mereka ikrarkan kepadanya.

Keistimewaannya yang kedua dan juga keutamaannya yang selanjutnya adalah ia merupakan salah seorang tokoh besar Muhajirin yang melakukan hijrah ke Habasyah dan juga ke Madinah Nabawiyah. Yaitu mereka yang terusir dari negeri mereka dengan zhalim dan dimusuhi dan disiksa di jalan Allah, serta meninggalkan seluruh harta mereka, keluarga mereka, dan kampung halaman mereka karena mengharapkan apa yang ada di sisi Allah. Maka Allah Azza wa Jalla memuliakannya dengan apa yang layak ia dapatkan. Dan Allah menurunkan kepada Nabi-Nya Shallallahu Alaihi wa Sallam firmannya, (Harta rampasan itu juga) untuk orang-orang fakir yang berhijrah yang terusir dari kampong halamannya dan meninggalkan harta bendanya demi mencari karunia dari Allah dan keridaan-Nya dan (demi) menolong (agama) Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang benar.”129

Keistimewaan yang ketiga dari Ibnu Auf adalah keikutsertaannya dalam perang Badar Kubra bersama Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Dan mereka ikut dalam peristiwa yang menentukan ini telah mendapatkan janji yang benar dari Allah melalui lisan Rasul-Nya Shallallahu Alaihi wa Sallam, sebuah janji yang tidak akan dilanggar, yang berupa pengampunan dosa-dosa mereka yang terdahulu dan yang akan datang, serta kemenangan berupa surga.

Di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Asy-Syaikhani (Al-Bukhari dan Muslim) dari Ali bin Abi Thalib, bahwasanya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berkata kepada Umar bin Khaththab, “Engkau tidak tahu mungkin saja Allah telah melihat kepada para pejuang Badar dan berkata, “Lakukanlah yang kalian mau, sungguh aku telah melampaui kalian!”. Dan dalam riwayat lain, “lakukanlah yang kalian mau, sungguh telah wajib bagi kalian surga.”

Lalu tibalah perjanjian Hudaibiyah. Abdurrahman turut keluar bersama pasukan kaum muslimin. Allah memberkahi pasukan yang terdiri dari para shahabat tersebut dengan sebua keistimewaan yang diidamkan oleh setiap muslim. Allah memuliakan mereka tas apa yang mereka peroleh, dan memuliakan kita dengan syafaat mereka serta kedekatan dengan mereka pada hari di mana Allah tidak akan menghinakan Nabi dan orang-orang yang beriman bersama beliau.

Merekalah pasuka Bai’atur Ridhwan yang telah membai’at Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam di bawah pohon. Lalu turunlah ayat suci yang meneguhkan kejadian tersebut dan memuki mereka, serta menerangkan mereka, serta menerangkan tingginya kedudukan mereka yang mulia, Allah Ta’ala berfirman, “Sungguh, Allah telah meridhai orang-orang mukmin ketika mereka berjanji setia kepadamu (Muhammad) di bawah pohon, Dia mengetahu apda yang ada dalam hati mereka, lalu dia memberikan ketenangan atas mereka dan memberi balasan dengan kemenangan yang dekat.”130

Maka keutamaan apa lagi, dan keistimewaan yang mana lagi, serta kehormatan yang bagaimana lagi yang lebih tinggi dan lebih mulia dari keridhaan Allah terhadap hamba-hambanya?! Selama bagimu wahai Abu Muhammad, dan semoga Allah membahagiakanmu dengan apa yang telah dianugerahkannya untukmu.

Dan keistimewaan yang kelima diperolehnya pada perang diperolehnya pada perang Tabuk. Dan kami telah menyebutkan kisahnya dengan panjang lebar, dan riwayat itu terdapat dalam Ash-Shahihain dari hadits Al-Mughirah bin Syu’bah, ketika Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam pergi untuk buang hajat lalu waktu subuh tiba dan kaum muslimin pun mengedepankan Abdurrahman sementara di antara mereka terdapat Abu Bakar dan Umar. Maka ia pun mengimami mereka. Kemudian Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam datang dan masih mendapatkan rakaat yang kedua “Maka beliau pun melaksanakan rakaat kedua sebagai makmum bersama orang-orang. Setelah Abdurrahman salam, Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam berdiri menyempurnakan shalatnya. Ini membuat kaum muslimin terkejut, dan bertasbih banyak-banyak. Setelah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menyelesaikan shalatnya, beliau menghadap mereka dan berkata, “Kalian telah melakukan yang baik”.

Al-Imam An-Nawawi berkata, “Di antara keistimewaan Abdurrahman yang tidak dimiliki oleh siapapun adalah: bahswasanya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah shalat di belakangnya pada perang Tabuk ketika beliau datang dan Abdurrahman telah mengimami orang-orang sebanyak satu rakaat.”

Dan Al-Hafizh Ibnu Katsir berkata, “Dan telah jelas dalam Ash-Shahih bahwasanya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam telah shalat di belakang nya pada rakaat kedua dari shalat subuh dalam sebuah perjalanan, dan ini adlaah sebuah keistimewaan agung yang tak tertandingi.”

Dan diantara keistimewaannya yang lain adalah pujian Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam untuknya atas kebaikannya kepada istri-istri beliau yang suci, dan juga apa perhatiannya kepada urusan mereka. Telah diriwayatkan oleh Abu Ya’la, Al-Bazzar, dan Al-Hakim yang menshahihkannya dan disetujui oleh Adz-Dzahabi, dari Abu Hurairah berkata, “Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluargaku setelahku nanti.”

Dan berbagai pemberian dari Abdurrahman, juga infak, hibahnya yang begitu banyak terus diberikannya kpeada ummahatul mukminin tanpa putus. Bahkan Aisyah ketika menerima pemberian darinya, ia menyebutkan hadits Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, “Sesungguhnya urusan kalian merupakan salah satu hal penting aku pikirkan sepeninggalanku nanti, dan tidak aka nada yang bisa bersabar mengurus kalian nanti kecuali orang-orang yang bersabar.” Kemudian Aisyah berkata kepada Abu Salamah bin Abdurrahman, “Semoga Allah memberi ayahmu minuman dari mata air Salsabil di surge.”

Dan ummul mukminin Ummu Salamah Radhiyallahu Anha juga mendoakan hala yang sama untuknya.

Dan diantara keistimewaannya yang dapat dibanggkan adalah banyaknya sedekah dan infaknya kepada kaum muslimin, sebagaimana yang telah dijelaskan dalam banyak kesempatan. Juga jihadnya sebelum penaklukan kota Mekah maupun sesudahnya. Dan Allah telah menjanjikan kaum muslimin yang berinfak dan berjihad sebelum penaklukan kota Mekah dan juga setelahnya dengan pahala yang sangat besar, dengan mengedepankan yang terdahulu dari mereka. Maka Allah Ta’ala berfirman, “Tidak sama orang yang menginfakkan (hartanya di jalan Allah) di antara kamu dan berperang sebelum penaklukan (Mekah). Mereka lebih tinggi derajatnya daripada orang0orang yang menginfakkan (hartanya) dan berperang setelah itu. Dan Allah menjanjikan kepada masing-masing mereka (balasan) yang lebih baik. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan.”131

Berbagai keistimewaan Abdurrahman di atas, dan juga kelebihan-kelebihan lainnya telah diketahui oleh seluruh kaum muslimin, dan juga disaksikan oleh rekan-rekannya yang juga merupakan tokoh-tokoh terdepan dan mulia. Dan Amirul Mukminin Umar, dengan kecerdasan yang di anugerahkan Allah kepadanya, juga mengetahui dengan baik kedudukan Abdurrahman dan juga tokoh-tokoh shahabat terpilih lainnya. Maka ia memilih enam orang anggota majelis syura dari mereka, dimana ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam wafat, beliau ridha kepada mereka. Ia menyerahkan penunjukan khalifah sepeninggalannya kepada mereka dan menunjuk Ibnu Auf menjadi salah seorang dari mereka. Bahkan ia berwasiat jika terjadi perselisihan maka hendaklah mereka mengikuti Abdurrahman dan kelompoknya. Dan situasi saat itu akhirnya membuat Ibnu Auf harus memilih khalifah bagi kaum muslimin, maka ia pun melakukannya – sebagaimana yang akan dijelaskan pada tempat tersendiri – dan kaum muslimin membai’at orang yang telah ia pilih untuk mereka. Itu merupakan bentuk kesaksian untuknya atas kepercayaan seluruh umat kepada agamanya, sikap wara’nya, amanahnya, kecerdasan akalnya, serta ketepatan pilihannya yang membawa kebaikan bagi kaum muslimin di dunia dan akhirat.

Di samping itu, Abdurrahman merupakan salah seorang dari golongan yang pertama dari kalangan shahabat, yang merupakan golongan yang paling mulia dari shahabat, dan yang paling tinggi kedudukannya, serta paling dihormati nama mereka.

Sebagaimana yang disebutkan oleh para ulama kita, bahwa shahabat yang paling utama adalah “Khalifah yang empat, kemudian enam orang selanjutnya yang menyempurnakan sepuluh, lalu para pejuang Badar, kemudian pejuang Uhud, dan setelah itu mereka yang turut serta dalam Bai’atur Ridhwan di Hudaibiyah.”

2. Jaminan Surga Untuknya

Diriwayatkan oleh Ahmad dan empat orang penulis Kutub Sunan Al-Arba’ah, dan juga Ibnu Hibban, Al-Hakim, dan yang lainnya, lebih dari satu redaksi dari Sa’id bin Zaid Radhiyallahu Anhu berkata, “Aku bersaksi untuk Sembilan orang bahwa mereka di surga, dan jika aku juga bersaksi untuk yang kesepuluh aku takkan berdosa. Dikatakan, “Bagaimanakah itu?” ia berkata, “Suatu kali kami bersama Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam di gunung Hira, lalu beliau berkata, “Tenanglah wahai Hira’, sesungguhnya tidak ada yang berada di atasmu melainkan seorang Nabi, atau seorang shiddiq, atau seorang Syahid.” Lalu dikatakan, “Siapakah mereka?” ia menjawab, “Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, Abu Bakar, Utsman, Ali, Thalhah, Zubair, Sa’ad dan Abdurrahman bin Auf.” Lalu dikatakan, “Siapakah yang kesepuluh?” ia menjawab, “Aku.”

Dan ini adalah hadits shahih yang dishahihkan oleh At-Tirmidzi, Ibnu Hibban, dan banyak lainnya.

Dan dalam riwayat lain dari Sa’id bin Zaid berkata, “Aku bersaksi dengan nama Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bahwa sungguh aku telah mendengar beliau bersabda, “Sepuluh orang di surga, nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, Abu Bakar di surga, Umar di surga, Utsman di surga, Ali di surga, Thalhah bin Ubaidillah di surga, Zubair bin Awwam di surga, Sa’ad bin Malik di surga, dan Abdurrahman bin Auf di surga.” Dan jika aku mau, aku bisa menyebutkan yang kesepuluh. Mereka berkata, “Siapa dia?” tapi ia diam, mereka kembali bertanya “Siapakah dia?” Maka ia berkata, “Said bin Zaid.”

Dan diriwayatkan oleh Ahmad, At-Tirmidzi, An-Nasa’I, Ibnu Hibban, dan yang lainnya, dan di shahihkan oleh sekelompok kritikus, dari Abdurrahman bin Auf berkata, “Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam berkata, “Sepuluh orang di surga, Abu Bakar di surga, Umar di surga, Utsman di surga, Ali di surga, Zubair di surga, Zubair di surga, Thalhah di surga, Ibnu Auf di surga, Sa’ad di surga, Sa’id bin Zaid di surga, dan Abu Ubaidah bin Jarrah di surga.”

3. Hadits-hadits lemah yang terdapat dalam masalah ini

Dari Umarah bin Zadzan, dari Tsabit Al-Bunani, dari Annas bin malik, “Bahwasanya Aisyah berkata, “Aku telah mendengar Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Aku telah melihat Abdurrahman bin Auf masuk surga dengan merangkak.” Ketika Abdurrahman bin Auf mendengar ia berkata, “Jika aku bisa, aku akan memasukinya dengan berdiri.”

Dan ini adalah hadits yang diriwayatkan oleh Abdu bin Humaid dan juga oleh Ahmad, Ath-Thabrani, dan Abu Nu’aim. Dan di sanadnya terdapat (Umarah bin Zadzan), dan dia perawi yang lemah. Dan Ibnu Katsir serta Syu’aib Al-Arnauth telah melemahkan hadits karena keberadaannya.

Dan diriwayatkan oleh Ibnu Sa’ad, Al-Hakim, dan Abu Nu’aim melalui Khalid bin Yazid bin Abu Mali, dari ayahnya, dari Atha’ bin Abu Rabbah, dari Ibrahim bin Abdurrahman bin Auf, dari ayahnya, “Dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bahwasanya beliau bersabda, “Wahai Ibnu Auf, sesungguhnya engkau adalah orang kaya, dan engkau tidak akan masuk surga kecuali dengan merangkak. Maka pinjamkanlah kepada Allah aga dia melepaskan kedua kakimu.” Ia berkata, “Apa yang harus kupinjamkan kepada Allah?” Beliau berkata, “Bebaskanlah dirimu dari keadaanmu saat ini.” Ia berkata, “Wahai Rasulullah, dari semuanya secara keseluruhan?” Beliau berkata, “iya.” Maka Ibnu Auf pun keluar dengan memikirkan itu. Lalu Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengirim seseorang kepadanya dan berkata, “Jibril telah mendatangiku dan berkata, “Perintahkanlah Ibnu Auf untuk menjamu tamu, memberi makan orang miskin, memberi peminta-minta, dan hendaklah ia memulai dari orang yang menjadi tanggungannya, sesungguhnya jika ia melakukannya maka itu menjadi penolongnya dari keadaannya yang saat ini.”

Dan ini juga merupakan hadits yang lemah, karena Khalid bin Yazid telah dilemahkan oleh banyak orang. Ibnu Ma’in dan Ahmad juga berkata. “Ia bukanlah apa-apa”, dan An-Nasa’I berkata, “Ia tidak dipercaya.”

Dan Imam Ahmad berkata, telah bercerita kepada kami Al-Hudzail bin Maimum Al-Kufi, dari Muththarih bin Yazid, dari Ubaidillah bin Zahr, dari Ali bin Yazid, dari Al-Qasim, dari Abu Umamah berkata, “Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berkata, “Aku memasuki surga dan aku mendengar sebuah suara di hadapanku, maka aku berkata, “Siapakah ini?” ia berkata, “Bilal”. Beliau berkata, “Maka aku terus berjalan, dan ternyata kebanyakan penduduk surga adalah kaum fakir dari Muhajirin dan juga keturunan laki-laki kaum muslimin. Dan aku tidak melihat kepadaku, “Adapun orang-orang kaya, mereka berada di pintu ini untuk dihitung dan diperiksa, sementara kaum wanita telah dilalaikan oleh dua hal yaitu emas dan perak.” Beliau berkata, “Kemudian kami keluar dari salah satu pintu surga yang delapan. Ketika aku berada di pintu, aku dibawa ke sebuah timbangan dan aku diletakkan di dalamnya, dan umatku diletakkan dalam sisi timbangan yang lain, dan bagianku lebih berat. Lalu Abu Bakar Radhiyallahu Anhu didatangkan dan diletakkan salah satu sisi timbangan, dan seluruh umatku yang lain diletakkan dalam sisi yang lain, dan Abu Bakar lebih berat. Lalu umar didatangkan dan diletakkan dalam sisi yang lain, dan Umar Radhiyallahu Anhu lebih berat. Kemudian umatku ditampilkan satu persatu, dan mereka pun berjalan melwatiku. Lalu aku melihat Abdurrahman bin Auf berjalan dengan sangat lambat, dan dengan putus asa akhirnya ia tiba, maka aku berkata, “Abdurrahman!” maka ia berkata, “Demi ibu dan ayahku sebagai tebusanku padamu wahai Rasulullah, dan demi Dzat yang mengutusmu dengan kebenaran, aku tidak sampai kepadamu kecuali setelah mengira bahwa aku tidak akan pernah melihatmu lagi selamanya kecuali setelah aku menjadi sangat tua”, beliau berkata, “Bagaimana bisa?” ia berkata, “Karena banyaknya hartaku, sehingga aku dihitung dan diperiksa.”

Dan ini juga merupakan hadits yang lemah, karena lemahnya (Muththarih bin Yazid, dan Ali bin Yazid Al-Alhani), dan Al-Hafizh Adz-Dzahabi telah menyebutkan hadits ini dalam biografi Abdurrahman bin Auf dalam kita Siyar A’lam An-Nubala’ dan kemudian ia mengomentarinya dan berkata, “Sanadnya lemah.”

Al-Hafizh Al-Haitsami juga menyebutkannya dua kali pada kita Majma’ Az-Zawa’id, dan berkata, “Di dalamnya terdapat Muththarih Dan Ali bin Yazid Al-Alhani, dan keduanya telah disepakati kelemahan mereka. Dan yang membuktikan kelemahan hadits ini bagimu bahwa Abdurrahman bin Auf adalah salah seorang pejuang Badar, Hudaibiyah, dan salah seorang dari yang sepuluh, dan mereka adalah shahabat yang terbaik. Dan segala puji bagi Allah.”

Saya katakan, hadit-hadits ini selain lemah dari sisi sanadnya, juga lemah dai sisi matan hadits. Karena bertentangan dengan banyak ayat Al-Qur’an dan banyak hadits-hadits shahih yang telah kami sebutkan di bagian sebelumnya. Cukuplah bagi Abdurrahman bahwa ia termasuk di antara yang pertama kali masuk Islam, yang pertama kali hijrah, termasuk pejuang Badar, ikut dalam Bai’atur Ridhwan, dan kemudian ia adalah tokoh di balik berbagai macam pemberian dan infak yang begitu banyak. Ia juga membebaskan banyak budak, serta banyak perbuatan mulia lainnya, seperti berdakwah, menyampaikan risalah, berjihad, shalat, haji, berbuat baik kepada ummhatul mukminin, dan amalam lainnya.

Duhai jika Abdurrahman bin Auf yang memiliki catatan yang penuh dengan amal mulia dan keutamaan yang akan selalu di ingat, lalu ia masuk surga dengan merangkak, lalu siapa yang akan memasukinya dengan berlari, atau seperti kuda-kuda yang melaju kencang?!

Orang yang mengamati amalan-amalan Ibnu Auf dan kisa hidupnya yang penuh berkah selama kebersamaannya dengan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, dan kemudian dengan parah khulafaur rasyidin, dan menambahkannya dengan banyaknya kabar gembira untuknya dari ayat-ayat Al-Qur’an yang suci dan juga dari hadits Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, pastilah ia akan mengharapkan shahabat ini melewati shirath dengan amal shalihnya yang banyak – sebagaimana yang disebutkan dalam Ash-Shahihain maka ia akan berjalan di atas nya sekejap mata bagaikan petir yang menyambar.

Bersambung Insya Allah . . .

Artikel http://www.SahabatNabi.com

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.